Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

[ Kegiatan Anak ] Bikin Cap Yuuuk...!

Prinsip saya kalau lagi main bareng anak-anak itu yang penting murah, bisa bermain, bahagia, bisa belajar, dan satu lagii....nggak bikin rumah berantakan Hahahaha... Tapi berhubung saya lagi penasaran banget bikin gambar dengan nge cap, jadinya prinsip yang saya pegang selama ini runtuh juga. Akhirnya, saya keluarin semua cat air yang selama ini saya timang-timang sayang tiap mau dipakai. Padahal, harganya cuma 25rb, gimana kalau harganya ratusan ribu yak? Emang pelit sama perhitungan itu bedanya setipis kulit bawang#hiks Membuat Gambar Dengan Cap Ide menggambar dengan teknik cap ini saya baca di buku "Rumah Main Anak 2". Di situ sebenernya, nge cap nya pakai tutup botol trus di tempel sama styrifoam (bener gak ya tulisannya?) trus dikasih cat air. Styriofoam nya dibentuk macam-macam benda. Benar-benar mirip kayak cap buat kantor. Nah, berhubung saya nggak mau ribet, jadi bentuk benda yang saya bikin nggak banyak. Pokoknya, asal bisa buat bikin rumah dan lingkunganny

Sepi...

Dari judulnya udah kelihatan lebay#hiks. Padahal sebenernya cuma mau cerita tentang kucing. Di rumah, ada induk kucing yang melahirkan anaknya. Awalnya anaknya empat, tapi karena yang lainnya mati, jadi tinggallah hanya satu kucing yang tersisa. Anak kucing satu itu sekarang lumayan sudah gede. Udah bisa mainan sendiri, lari-larian keluar. Trus yang paling lucu itu, dia suka banget godain cimol. Kucing kakak yang sudah beranjak dewasa. Lucunya, si cimol ini malah ketakutan kalau diajak main-mainnan sama kucing kecil. Dan biasanya cimol ngumpet-ngumpet di bawah sofa. Hahahahah Nah, kemarin kucing kecil itu tiba-tiba raib entah ke mana. Biasanya, dia nangkring di bawah mobil trus ikut mobil jalan. Ntar, kalau mobilnya udah berhenti biasanya dia turun sambil ngulet-ngulet. Sayangnya, sampai sekarang nggak nongol juga di kolong mobil. Dicari ke mana- mana juga nggak ketemu. Di rumah, induknya sudah nyariin, tapi tetap nggak nongol juga anaknya. Semalam, si kakak ngintip induknya tidur

[ Kegiatan Anak ] Mengelompokkan Koin

Hari ini, ceritanya ayahnya pergi ada acara ke Belitung. Karena libur panjang dan nggak ada ayahnya, anak-anak udah mewanti-wanti untuk main seharian. Pokoknya, saya nggak boleh marah-marah, nggak boleh masak lama-lama, nggak boleh ngurusin cucian. Harus full ngurusin mereka, begitu permintaannya bocah-bocah. Akhirnya, saya buatkan agenda bermain untuk mereka. Hari jumat rencananya mau bikin percobaan gunung meletus. Tapi karena tukang kue tutup, jadinya males juga mau nyari bahan-bahannya ke tempat lain (bahan-bahannya semua ada di toko kue ). Akhirnya, saya agendakan mereka untuuuuuk....ngelompokin koin. Alias mbuka celengan hahahaha...Iya, emaknya lagi butuh recehan buat menyambung nyawa. Jadi kayaknya, kegiatan ngelompokin koin ini tepat untuk bermain bersama:D Awalnya, kakaknya antusias banget liat uang celengan dibuka. Dia langsung semangat ngumpulin uangnya. Adeknya sih, ikutan antusias. Tapi trus males saat dia bingung beda-bedain uang koinnya. Tuh, liatin...baca

Shabira dan Ceritanya

Udah lama sekali nggak cerita-cerita tentang Shabira. Shabira sekarang udah gede, bawel, banyak cerita, pinter ngomong,. Kalau cerita udah runut banget. Umurnya sekarang sudah 4 thn 5 bln. Teringat dulu waktu umurnya masih 2 tahun, ngomongnya susah. Kalau dicampurun sama anak seusianya, ia paling pendiem. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sedikit banget, dan banyak yang nggak jelas. Tapi setelah menginjak usia 3 tahun, seolah-olah kayak balas dendam. Yang tadinya pendiem jadi bawel banget. Padahal dulu sempet mau diikutin terapi bicara segala. Alhamdulillah YA ALLAH... Sekarang...kadang saya sampe hampir mau nangis ngadepin dia ngomomg terus. Apalagi kalau ada tulisan yang mau ditulis, trus udah ngedraft di kepala tiba-tiba buyar gara-gara ditanyain sama dia. Ayahnya pun merasakan hal yang sama, tiap kali pulang kerja, pasti bocahnya nggak mau diem. Ngomong....terus. Trus kalau nanya, trus nggak dijawab, biasanya masih ngeyel nanya. Nah, kalau dijawab malah tambah panjang

Pos Sosial Dalam Anggaran Keuangan

Dulu...dulu banget, saat saya dan suami masih merintis keluarga baru, kalau ada yang datang mintain sumbangan atau duit apalah apalah ke rumah itu males banget. Apalagi kalau mintainnya pas mendekati akhir bulan menuju tanggal tua. Rasanya pengen banting panci. Memang, terkadang dilema juga. Mau diiyain, persediaan duit udah mulai menipis, tapi kalau nggak ngasih, ya mau nggak mau. Dan ujung-ujungnya jadi nggak ikhas. Padahal, memberi tanpa keikhlasan itu sama saja tidak memberi. Lalu, suami punya inisiatif untuk memberikan pos sosial di anggaran keuangan kami. Pos sosial itu, berisi sejumlah uang yang memang sengaja dianggarkan untuk kegiatan sosial. Misalnya, nengokin orang sakit, nengokin bayi, untuk sumbangan, untuk acara perayaan-perayaan kalau pas agustusan, infak, dsb. Yang sifatnya untuk orang lain. Dari situ, kehidupan keuangan jadi begitu membaik, alias sehat, alias nggak ngedumel lagi kalau dimintain sumbangan. Pos sosial, sengaja kami hitung pakai persenan. Menuru

Hutan Wonoasri, Hutan "Seram" yang Berubah Jadi Taman

Hutan Wonoasri, saya lebih megenalnya dengan sebutan hutan seper. Entah seper tiga, seper lima, atau seper ti hatiku padamu hehehe...Tapi hutan ini dulunya begitu terkenal dikalangan para muda mudi sebagai tempat tujuan wisata mereka. Entah dari segi sisi apanya yang menarik, saya juga tidak mengerti. Tapi bagi para orang tua, termasuk bapak saya waktu itu, hutan seper adalah hutan yang begitu menyeramkan. Iya, sangat menyeramkan. Sampai-sampai, saya aja nggak diijinkan untuk pergi ke sana. Mau sendiri atau bareng-bareng tetep nggak boleh ke sana. Katanya, di sana super angker. Padahal, dari berita-berita yang berseliweran waktu itu, di sana adalah tempat yang paling syahdu mengharu biru buat berdua-duaan. Udaranya dingin dan sunyi. Tapi hati-hati, biasanya sepulang dari sana jumlah anggota jadi nambah. Sebuah prahara terjadi. Bumi gonjang ganjing, ayam jantan berkokok tiap sore hari, keluarga jadi galau akut* mulai ngelantur deh. Sungguh begitu menyeramkan...! Nah, setelah s