Waktu saya umur 2 tahun, menurut Emak dan juga Simbah-simbah, saya masih belum bisa berbicara. Diem aja. Nggak ada suara, nggak ada omongan. Sampai-sampai, tiap hari ditabokin pake daun sirih biar cepet ngomong. Katanya, kalo momong di sambil ngerjain pekerjaan lain gitu selalu bikin deg-deg an. Lha gimana nggak deg-degan, wong bocah nggak ada suaranya, anteng, sunyi, senyap. Jadinya takut kalau kenapa-kenapa trus nggak kedengeran, makanya emak sering was-was momong disambi. Umur 3 tahunan, saya mulai mengeluarkan bunyi, kata emak. Walaupun kata-kata nya cukup jelas tapi suaranya sangat kecil. Hampir nggak terdengar, jarang-jarang ngomong, trus kalau di suruh teriak selalu nggak mau. Entah kenapa, saya paling benci kalau disuruh teriak. Saya masih ingat betul, waktu itu emak nyuapi saya bakso di depan rumah. Trus saya bilang,” baksonya empuk”. Mendengar omongan saya, emak langsung menyambut dengan mata berbinar, trus bilang begini,”Apa?? bicara lagi yang kenceng, emak nggak d
Mengukir Jejak Dengan Kata, Melukis Sejarah Dalam Tulisan