Langsung ke konten utama

Hutan Wonoasri, Hutan "Seram" yang Berubah Jadi Taman



Hutan Wonoasri, saya lebih megenalnya dengan sebutan hutan seper. Entah seper tiga, seper lima, atau seper ti hatiku padamu hehehe...Tapi hutan ini dulunya begitu terkenal dikalangan para muda mudi sebagai tempat tujuan wisata mereka. Entah dari segi sisi apanya yang menarik, saya juga tidak mengerti.

Tapi bagi para orang tua, termasuk bapak saya waktu itu, hutan seper adalah hutan yang begitu menyeramkan. Iya, sangat menyeramkan. Sampai-sampai, saya aja nggak diijinkan untuk pergi ke sana. Mau sendiri atau bareng-bareng tetep nggak boleh ke sana. Katanya, di sana super angker.

Padahal, dari berita-berita yang berseliweran waktu itu, di sana adalah tempat yang paling syahdu mengharu biru buat berdua-duaan. Udaranya dingin dan sunyi. Tapi hati-hati, biasanya sepulang dari sana jumlah anggota jadi nambah. Sebuah prahara terjadi. Bumi gonjang ganjing, ayam jantan berkokok tiap sore hari, keluarga jadi galau akut* mulai ngelantur deh. Sungguh begitu menyeramkan...!

Nah, setelah sekian lama pengen pergi ke sana (karena rumah suami dekat dengan hutan itu), akhirnya bisa kesampaian juga. Tapi perginya bareng-bareng serombongan, nggak cuma berduaan. Ditambah dua anak hasil dari berduaan#halah.

Tapi sekarang ini, hutan seper lebih dikenal sebagai hutan Wonoasri. Hutan yang menurut info yang saya dapatkan di instagram, jika hutan ini nanti akan menjadi sebuah taman bunga yang begitu indah. Kita doakan saja ya, mudah-mudahan bisa mendunia seperti harapannya. Hutan seper tidak hanya hutan pinus lagi. Tapi sudah diubah menjadi sebuah taman tempat wisata keluarga. Rencananya, hutan itu akan diubah menjadi kebun bunga matahari. Menjadi sebuah bukit yang penuh bunga matahari. Jadi mungkin nanti bisa jadi tempat ciamik buat foto-foto gitu. Dan para abege bisa upload foto di instagram dengan dikelilingi bunga-bunga




Sekarang, di taman ini juga ada arena bermainnya. Meskipun hanya kereta-keretaan kayak di pasar malam, tapi rasanya sudah cukup membahagiakan bagi anak-anak. Dan juga bagi orang tua, karena nggak perlu ngerogoh kocek dalam-dalam sudah membuat anaknya bahagia. Tiketnya standar, lima ribuan untuk satu permainan saja.



Tapi menurutku, yang lebih membahagiakan bagi saya sebenernya penjual makanannya. Makanannya murah-murah lho...dan bagi orang yang jarang banget di kampung halaman kayak saya ini, makanan itu bisa mengobati rindu sama suasana masa kecil*uhuk. Masa silam antah berantah yang selalu tertancap dalam ingatan. Masa-masa masih ngeyelan dan tukang bohong hahahah.

Pecel

Pecel di Wonogiri tidak sama dengan pecel di Bekasi. Meskipun namanya sama-sama pecel. Dari bumbunya saja sudah beda. Pecel Wonogiri, aroma daun jeruk, kencur, dan gula merahnya begitu berasa. Sayurannya bisa macam-macam. Ada bayam, kacang panjang yang warna nya hijau muda, ada daun lembayung.Kadang dicampur daun melinjo dan mie. Ini gambar di bawah juga pakai daun melinjo. Dan yang paling bikin beda adalah taoge nya. Taoge kacang kedelai yang masih panjang-panjang. Kalau digigit, rasa kacangnya masih berasa. Ah, bikin kangen rumah.



Tempe goreng mendoan

Selain pecel, makanan yang dijual di sana dan bikin kangen adalah tempe mendoan. Dulu, tempe mendoan di Wonogiri lebih sering digoreng pakai tepung gaplek daripada tepung terigu. Rasanya khas banget. Tepungnya masih agak kasar-kasar gitu. Pakai tempe yang dibungkus daun dan di potong jadi dua. Lebih enak lagi, kalau gorengnya pas tempe belum jadi. Adudududu...Ayo kapan pulang! #Geret koper

Ada juga rujak. Kalau orang Wonogiri nyebutnya lotisan. Ada bakso empuk. Baksonya emang sengaja dibikin empuk gitu. jadi nggak berasa urat dagingnya. Dan justru lebih berasa enak dan berasa banget wonogirinya. Ada cilok, kalau ini makanan yang tergolong baru.

Kemarin, waktu kami ke sana, kami mencoba makan bakso bakarnya. Bakso bakarnya lumayan. Harganya cuma dua ribu, udah gede banget. Makan satu juga udah kenyang. Kalau orang-orang sih, kalau saya paling habis sepuluh ribu baru puas. Hiks..

Sayangnya, waktu kemarin kami ke sana, kuda yang sering keliling sepatunya lagi rusak. Jadi nggak bisa jalan-jalan muterin tamannya pakai kuda. Trus yang lebih disayangkan lagi, sampah-sampah juga numpuk di mana-mana. Padahal, tempat wisata itu kan baru mulai diperbaiki. Beberapa tukang makanan sempat memperingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, tapi tetap saja nggak peduli. Hutan Wonogiri...tapi dikelola oleh perhutani Surakarta.




Yang mau datang kesana untuk lihat taman bunganya boleh lho...tiket masuknya murah. Hanya Rp 4000 per kepala. Jalan ke sana juga lumayan mudah. Pakai city car juga tidak sulit.

Alamatnya ada di Balepanjang-Jatipurno-Wonogiri.

Lebaran mampir kesana ya, suasananya kayak syuting film twilight...dingin, berkabut, banyak pohon pinus. Lebaran kemarin, benih-benih bunganya baru mulai tumbuh. Lebaran besok mungkin sudah jadi bunga.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu