Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

#kegiatan anak: Belajar Menjahit

Pagi-pagi, rumah udah lumayan bersih. Lumayan lho ya...lumayan bisa buat jalan tanpa nginjek sesuatu:D "Kalau udah bersih begitu, tugas kamu ngapain nak?" "berantakin..." "Iya...betullll..." #trus emaknya ngumpetin mainan Jadi hari ini, pagi-pagi judulnya berantakin rumah. Rasanya ada sesuatu yang kurang gitu ya, kalau pagi-pagi rumah sudah bersih. Hahaha. Berasa ditinggal mudik sama penghuninya. Kebetulan Shabira masuk siang. Trus pagi-pagi udah bangun kayak biasanya. Rencananya mau bikin gambar apa gitu, sambil melanjutkan dongeng semalam yang tertunda karena ngantuk. Tapi trus lihat ada kardus nganggur, jadilah kami memutuskan untuk menjahit saja. Selama ini, Shabira selalu takut kalau dibilang mau diajarin menjahit. Padahal kan, menjahitnya nggak pakai jarum dedekkkk... Tadi juga dia sempet menolak. Tapi setelah kubilang kalau nggak ada jarum, akhirnya dia mau. Kalau menurut bacaan-bacaan yang saya baca di internet, belajar menjahit in

Ke Tukang Sayur nggak Bikin Pinter

Sudah beberapa hari ini Shabira selalu cari perhatian. Kadang nggak jelas maunya apa. Diturutin marah, nggak diturutin makin ngamuk aja. Apalagi kalau mau berangkat sekolah. Sudah gegap gempita saja rumah rasanya. Mau teriak nggak enak, teriak bocahnya makin nyebelin. Dan hari ini, saya sengaja nggak bangunin buat sekolah. Karena semalam tidurnya malam, dan kayaknya dia uring-uringan terus. Jadi saya pikir, biarkan saja dia istirahat di rumah dulu. Siapa tahu setelah istirahat moodnya jadi membaik. Tapiiii.... Setelah bangun siang dia ngambek pengen sekolah. Padahal biasanya dia ogah-ogahan kalau disuruh sekolah. "Aku mau sekolah bunnn...." Dianya merajuk. "Tapi ini udah siang, setengah jam lagi sekolah bubar" Kataku. "Tapi aku mau sekolah..." Katanya sambil ancang-ancang mau nangis. "Ke tukang sayur aja yuk..." Bujukku. Karena takut nggak keburu. Sebentar lagi sekolah bubar, padahal dia masih harus mandi, sarapan, de es bre. Belum

Karena Allah Pasti Sudah Lihat

Kemarin kakaknya nyodorin kertas nilai ujian matematika. "Hah? Kok cuma 81? Kataku. "Ini mah masih beruntung bun, yang lainnya banyak yang remidial." "Oh, gitu. Ya udah deh, alhamdulillah nggak remidial." Lalu dia mulai bercerita. "Tau nggak bun, temenku tadi ada yang salah-salahnya ini dibenerin lho." "Dibenerin gimana?" "Ya dibenerin. Yang salah-salah itu dihapus diganti bener. Trus dia marah-marah sama bu guru. Katanya, gimana sih bu, kok bener disalah-salahin." "Trus?" "Trus sama bu guru dibenerin deh. Bu guru minta maaf." "Lha berarti nilainya jadi nambah dong??" Kataku sedikit emosi. "Nambah banyak banget! Ada 13 soal yang dibenerin. Tadinya nilai 63 sekarang jadi 85. Lebih tinggi daripada aku." "Trus kamu nggak protes ke bu guru?" "Hmm..." Bocahnya mikir sebentar,"enggaklah..." "Kenapa??" Tanyaku mulai penasaran bange