Langsung ke konten utama

Jurnal bunda : Jangan Ngiri, Nganan Aja

Guru menulis saya pernah bilang, kalau setiap orang itu punya kelebihan masing-masing, punya potensi, punya keahlian. Allah menciptakan manusia dengan kelebihannya. Di Al Qur'an dijelaskan, tapi aku lupa surat berapa 😁

Makanya kita harus mampu mengenali potensi yang kita miliki itu, dan jadikan keahlian itu sebagai sarana untuk meraih pahala Allah. Lakukan semuanya untuk Allah, jangan lakukan untuk uang atau hanya sekedar untuk pengakuan dari manusia.

Yang pinter masak, cari pahala lewat masak.  Sesekali bagi resep masakan, ditiru sama orang untuk membahagiakan orang yang disayangi. Jadi pahala. Yang pinter nulis, cari pahala lewat nulis, dsb.

Jika kita sudah paham potensi kita di mana, maka kita nggak mudah ngiri sama orang lain. Ngapain harus ngiri, wong tiap orang punya kelebihan termasuk diri sendiri.

Saya nggak ngiri sama ibu-ibu pinter masak atau pinter bikin kue, karena saya sadar potensiku tidak di situ. Lima belas tahun menikah, belum pernah berhasil bikin kue yang nggak bantet kayak tukang kue. Dan saya sadar diri 😬

Saya nggak ngiri sama ibu-ibu pinter jahit. Karena saya paham, itu bukan keahlian saya. Gunting kertas aja nggak lurus, apalagi ngejahit pola.

Saya juga nggak ngiri sama ibu-ibu pinter dandan, bisa make up sampe muka nya bisa berubah jadi muka tetangga saking manglinginya. Karena bedain blush on sama eye shadow aja saya gagal. 

Dan lain lain dan lain lain...

Saya nggak ngiri karena saya tahu potensi saya di mana. Saya lebih bahagia di kotak lain. Bahkan sama temen-temen yang sekarang sudah berhasil menang lomba nulis di mana-mana pun saya nggak ngiri. Karena saya percaya, bahwa setiap penulis itu ada jodohnya. Dan setiap penulis itu punya skill masing-masing.

Untuk apa ngiri? 

Kita punya potensi, kita punya kelebihan. Allah tidak menciptakan hambanya sia-sia.

Kenali potensi diri sendiri dan kembangkan untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya. Nggak usah ngiri...untuk apa ngiri?

Kalau sign kanan, harusnya belok nganan. Jangan belok ngiri....😀😀






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu