Langsung ke konten utama

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan


Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi.


Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget.

Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes

Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaaaaa emang lu siapa?. maksudnya nggak ada yang nyodorin kartu buat bayar gitu. Biasanya kan, kalau masuk museum suruh bayar. Tapi akhirnya malah kami yang celingak celinguk cari orang buat dibayarin dan bertemu dengan seorang bapak yang megang lembaran merah bukan uang.

Sang bapak itupun langsung nyobek kertas merah trus nyuruh kami bayar. Uang yang harus kami bayarkan juga membuat kami mengurut dada. Berapa coba?? berapa?? 3000 rupiah. Pantesan, pintunya rusak nggak dibenerin lha wong biaya masuknya aja murah bingit lebih mahalan  es krim.

Lebih ironos lagi, pengunjung yang datang waktu itu cuma kami berempat. Saya, suami, dan kedua krucil yang bingung liat patung. Ketika kami mau masuk ke dalam bangunannya, pintunya ternyata di gembok. Baru di buka setelah kami bayar 3000 :)

Kesan pertama ketika masuk, ruangannya sedikit berdebu tapi lumayan rapi. Seperti museum-museum pada umumnya, ada replika-replika dipajang, ada alat perang zaman penjajahan dulu, foto-foto.




Nggak terlalu banyak sih, tapi cukup membuat anakku tau bahwa jaman dulu itu ada perang merebut kemerdekaan. Kita pernah dijajah bangsa lain, ada yang gugur di medan pertempuran. Saya sempat ngebayangin, jaman dulu jalanan depan pintu utama itu berderetan orang memegang bambu runcing mempertaruhan nyawa untuk Indonesia. Para rakyat Bojongkokosan ini bertaruh hidup dan mati untuk Indonesia. Mobil-mobil tank siap menyerbu mereka para rakyat Bojongkokosan. Sedih  ya...tapi juga terharu sekaligus bangga.





Tulisan di atas ini bikin saya gimana gitu..."Bagi pejuang tak ada suatu kepuasan kecuali hasil perjuangannya diteruskan oleh generasi selanjutnya". Saya kan yang dimaksud?? Generasi selanjutnya itu siapa lagi kalau bukan saya dan juga kamu? Ya kan?

Kemudian saya bertanya pada diri sendiri. Perjuangan apa yang sudah saya lakukan untuk melanjutkan cita-cita mereka? #mewek lebay. Tapi suer, ini bukan dalam rangka pencitraan lho...tapi membaca tulisan itu rasanya ada sesuatu di dada #hiks. Apalagi baca di bawah ini:(





Biar kamu ngerasain sendiri sensasi baca tulisan-tulisan itu, dateng dong ke museumnya.

Alamatnya ada di sini :
Lokasi Jl. Siliwangi No. 75, Parung Kuda, Kabupaten Sukabumi


 

Komentar

  1. "Bagi pejuang tak ada suatu kepuasan kecuali hasil perjuangannya diteruskan oleh generasi selanjutnya". kalimat mengajak mengisi pembangunan NKRI sesuai dgn kemampuan masing masing....hayoooooo...mare

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu