Langsung ke konten utama

Seribu Harapan Bersama Blogger Perempuan


Membuat blog sudah lama sekali. Bahkan sudah mengganti domain berbayar sekitar setahunan yang lalu menjadi dot com. Tapi entah kenapa saya baru mendaftar jadi member di Blogger Perempuan kemaren waktu akan diadakan Blogger Perempuan 30day Challenge.

Padahal sudah setahunan yang lalu juga mungkin, saya memfollow semua akunnya di media sosial, lho. Bahkan Founder Blogger Perempuan mbak Shintaries pun nggak asing lagi bagi saya. Sering ngintipin kegiatan mereka di Instagram.

Kupikir, dengan memfollow akun media sosial Blogger Perempuan dan like di fb saja sudah cukup. Ternyata harus mendaftar dan mengisi data-data lagi ya...Tolong, maafkanlah kebodohan saya ini. Hiks.

Dan kemarin, sayapun buru-buru ikut mendaftar jadi membernya. Udah ketar-ketir aja kalau nggak diterima jadi anggota. Ya kali, member durhaka seperti saya ini tidak layak untuk masuk. Hehe

Blogger Perempuan di mata saya adalah sebuah komunitas yang berisikan cewek-cewek semua. Ya kan namanya juga ada perempuannya. Eits, tapi tunggu dulu. Ternyata di Blogger Perempuan itu nggak cuma cewek doang yang gabung, lho. Ada beberapa cowok yang ikut jadi anggotanya.

Setelah bergabung di Komunitas Blogger Perempuan ini, saya punya beberapa harapan ke depan untuk blog ini. Mumpung ini udah Desember juga kali ya, sekalian bikin target. Tapi kalau ditarget nanti malah jadi puyeng kalau nggak kesampaian. Trus kalau nggak ditarget jadi malas-malasan. Ditarget nggak ditarget nggak...gitu aja terus sampe lebaran haji datang lagi. Jangan dong...



Pokoknya, saya punya beberapa harapan untuk ke depan bersama Blogger Perempuan.

1. Rajin Ngeblog

Setelah bergabung di Blogger Perempuan, saya berharap banget bisa rajin ngeblog. Dan emang akhir-akhir ini udah mulai kesampaian karena di IG sekarang temen bloggernya jadi banyak. Bacaan blog juga makin bervariasi. Idepun mengalir deras bak air di musim penghujan.

Tiap ada yang share tulisan baru pasti trus kangen balik lagi ke sini. Serasa ada yang ingetin gitu.

2. Tidak Malu nge-Share Tulisan

Ini harapan saya berikutnya. Kadang rajin nulis tapi nggak pernah di share. Dan itu menurutku menyimpang dari tujuan awal saya ngeblog. Kan dari awal niatnya mau berbagi, kenapa nggak pernah nongol tulisannya di luar sana. Tulisannya dikekepin sendiri nggak pernah dibagi-bagi.

3. Rajin Blogwalking

Selama ini, target Blogwalking sering gagal. Kadang sedikit, kadang banyak banget yang disamperin. Dan seringnya nggak komentar di postingan. Sekarang, mau rajin komentar biar saling kenal sama pemilik blog lain

Udah gitu aja.

Untuk harapan yang 997 itu...bentar, tak mikir dulu. Wkwkwk. Nanti kalau seribu harapan tak tulis di sini, bisa-bisa besok nggak dateng lagi karena kecapekan baca. Hiks.


#BPN30dayChallenge2018
@bloggerperempuan

Komentar

  1. Sedihnya saya ketinggalan challenge BP karena berlibur kemarin, sudah berusaha mengejar meski nggak masuk kategori *malah curhat mah :D

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu