Langsung ke konten utama

Naik Taksi di Mexico


Akhirnya kami naik taksi juga di Mexico. Biasanya ada Uber yang menjemput. Tapi entah kenapa, kali ini justru taksi yang datang ke rumah kami.

Di Indonesia kami hampir nggak pernah naik taksi. Naik Ojek online pun jarang. 

Awal sampe sini, tiap liat taksi pasti senyum-senyum sendiri. Gimana ya, rasanya naik taksi di sini?

Bentuk mobilnya unik. Kotak. Berwarna merah. Sering ngebut di jalanan. Ada taksi warna putih juga. Tapi biasanya jarang terlihat.

Berbeda dengan Uber, sebelum saya naik, sopir taksi sigap menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh jok. Jok depan, jok belakang, dashboard, pegangan pintu. Nggak ketinggalan juga masker sang sopir.

Kalau naik Uber, kadang malah sopir Uber nya lupa nggak pake masker. Jendela mobil tertutup rapat.

Sopir taksinya ngajakin saya ngobrol pake bahasa spanyol, yang mana saya bingung setengah mati menanggapinya. Karena nggak mudeng blas apa yang dia katakan. Kosakatanya asing. Wkwkwk

Yang nyantol cuma pertanyaan, "Apakah kamu bicara bahasa Inggris?" 

Trus dia bilang, katanya dia sama sekali nggak ngerti bahasa Inggris sambil ketawa lebar. Sopir taksi nya ramah. Ramah banget. Pengen ngajakin ngobrol tapi bingung mau ngomongnya gimana. Hehe 

Yang paling menyenangkan dari naik taksi ini adalah, sopirnya ternyata nggak jago ngebut. Jalannya pelan, nggak grusa grusu kayak Uber yang biasanya.

Biasanya kalau naik Uber bener-bener kayak pembalap. Ngebut, ngepot sana ngepot sini. Anakku aja kemarin sampe kecengklak gara-gara Ubernya ngegas. Kalau mobil taksi ini emang susah diajak ngebut kayaknya. Mobilnya digas tetep jalannya pelan. Wkwkwk

Naik taksi di sini ternyata lumayan nyaman, meskipun agak takut juga. Tapi karna jalan yang dilewati ramai trus banyak orang, jadi nggak terlalu takut. 

Malah justru ngeri naik Uber. Sering ngebut dan nggak sabaran.

Cuma ya, itu. Pas nyampe sekolah orang-orang pada ngelihatin. Kayaknya cuma saya yang jemput ke sekolah nyarter taksi. Hahaha






























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu