Kisah Si Kucing Yatim
Tok...tok...tok...buuuuk...minta makan..
Kami menamakan kucing ini kucing yatim. Karena dia nggak tau asal usulnya darimana. Tau-tau di depan rumah sendirian.
Kemarin waktu baru dateng, badannya kecil banget, matanya belekan, bulunya semrawut. Tiap dideketin selalu ketakutan, trus lari ke rumah kosong dekat rumah. Dia sendirian.
Tiap malem kedengeran dia nangis. Meong meong...mungkin nyariin induknya. Karena kayaknya dia masih nyusu. Buat orang lain, mungkin nggak ngeh. Atau malah bahkan nggak denger suara kucing nangis. Tapi buat kami, suara meong nya menyayat hati.
Tiap kucing-kucing di rumah makan, si Anak yatim ini selalu ngelihatin di pojokan pagar. Diminta mendekat nggak mau, dideketin lari. Kalau lari sampai kepleset-pleset saking paniknya.
Tapi tiap kami bubar, kucing-kucing sudah selesai makan dan kami masuk, dia datang mengendus-endus bekas makanannya. Dari jendela, kami sering mengintip dia makan sisa-sisa makanan kucing di rumah.
Akhirnya, anak-anak punya inisiatif buat naruh makanan di pojok pagar. Tiap kami masuk, dia langsung makan dengan lahap. Kadang sampai kesedak-sedak saking buru-burunya. Duh, kasian bangeeeet...
Kami yang liatin dari jendela kadang mewek. Kami memang keluarga rapuh. Liat gitu aja terharu.
Hampir tiap hari kami kasih makan di pojokan. Sampai sekarang udah segede itu masih belum mau dipegang. Tapi udah mulai berani duduk di depan pintu kayak gitu.
Kucing-kucing yatim di lingkungan kami banyak sekali. Ada yang makan ngorekin sampah, ada yang makan-makanan kering yang disediain tetangga. Sayangnya, nggak semua orang di lingkungan kami sayang kucing. Mereka justru terganggu dengan kehadirannya. Ada yang empet karena mobilnya baret-baret dicakarin, ada yang ngomel pup nya sembarangan, ada yang marah karena terasnya banyak bulu.
Di tempat kami, sampai ada 3 bak pasir buat pup kucing. Saking sedihnya, tiap ada kucing pup sembarangan, kami yang selalu jadi tersangkanya. Hahahah
Ya...kami memang ngasih makan kucing-kucing liar itu. Cuma karena kasihan liat mereka korek-korek sampah. Nggak bermaksud buat pelihara, karena rumah kami sempit dan tentu saja nggak muat buat nampung kucing. Kalau mau dikandangin, justru kami takut bakalan merebut hak-hak mereka sebagai makhluk hidup. Hiks.
Beberapa waktu lalu di lingkungan kami, ada wacana untuk ngebuangin semua kucing liar. Karena kelakuannya itu sudah begitu mengganggu.
Di sisi lain, kami kasihan liat kucing-kucing terlantar di jalanan. Tapi di sisi lain, kami juga nggak mau nyakitin tetangga. Alhasil, kami pun mendukung langkah tersebut. Biar nggak pada berantem mulu gara-gara kucing. Orang lain berantem gara-gara tetangganya pasang internet, di sini berantem gara-gara pup kucing. Wkwkwk
Kami berharap, kucing-kucing yatim ini kelak bertemu dengan orang-orang baik. Ya seenggaknya, mereka bisa makan cukup. Nggak kelaperan apalagi sampai mati nggak dapet makan.
Terkadang, niat baik tidak selalu bertemu jodohnya. Tapi kami percaya, Allah maha kaya. Binatang-binatang itu lapar dan tersakiti bukan karena Allah nggak peduli. Tapi karena ingin menguji kepekaan manusia. Peduli nggak dengan sekitarnya?
*Hadewh...salah lagi milih kata-kata. Bukannya ikhlas malah mewek. Hahaha
Komentar
Posting Komentar
terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)