Langsung ke konten utama

Kisah Sepasang Sandal Jepit

Gambar: www.cepatparamex.com

Karena saking lamanya kami lockdown, Saya baru tau kalau ternyata sandal Shabira Udah nggak muat sama sekali. Mana itu sandal satu-satunya. Tau-tau udah nggak bisa kepake gitu aja. Pas mau keluar, bingung sandalnya kesempitan semua.
Makanya, kami pun meniatkan diri untuk beli sandal baru buat dia. Siap-siap lah kami nge-mall buat sandal baru.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saya ngecek in satu-satu sepatu mereka. Daaaan...ternyata Shabira pake sandal jepit butut yang sering dia tinggal di sekolahan buat wudhu.

Alhasil, saya langsung panik. 

"Lha kok bisa pergi nge mall pake sandal jepit?" Kataku.

"Lha kan kita mau beli sandal baru..." Kata Shabira enteng saja. Gak ada wajah sedih, malu atau gimana.

"Tapi kan, malu kalau dilihatin orang. Masa semua pake sepatu, kamu sendiri yang pake sendal jepit?"

Mendengar ucapanku, tiba-tiba wajahnya berubah kalut, cemberut, ikutan panik. Rasa percaya dirinya langsung memudar.

Saya terdiam. Mau balik, kok udah jauh banget. Tapi kalau nggak balik, kok nge mall pakai sandal jepit.

Emang kenapa kalau nge mall pakai sandal jepit?

Ada suara keras di dalam hati.

Tiba-tiba saya jadi ingat seminarnya Wina Risman tentang anaknya yang nge mall pakai piyama.

Emang kenapa nge-mall pakai piyama? Biasa aja tuh...nggak ada yang ngomelin. 

Lalu...

Sayapun mulai luluh. Benar suara di dalam hati saya, "Emang kenapa kalau nge mall pakai sandal jepit?"

Takut diliatin orang?
Takut diketawain orang?
Takut diomongin orang?

Semuanya tentang orang. Tidakkah kamu mengerti, bahwa perkataanmu barusan membuat percaya dirinya menghilang begitu saja?

Saat itu, saya langsung pasang senyum untuknya.

"Ya udah, nggak apa-apa kok pakai sandal jepit ke mall" Kataku sambil meliriknya.

Turun dari mobil, saya gandeng tangannya. Saya dekati dia, seolah gak ada hal yang harus dirisaukan. Saya mendongakkan kepala sambil melihat orang lalu lalang di mall.

Dan...apakah mereka pada ketawa ngelihat anakku pake sandal jepit?

Jawabannya adalah TIDAK

Tidak ada satupun orang yang melihat kami. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Jangankan ngetawain, liat aja nggak.

*Kenangan lockdown kala itu









 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut ...

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu...

Menghitung

Beberapa hari ini jadwal magrib di Mexico berubah. Yang tadinya jam tujuh lebih, hampir setengah delapan, sekarang jadi jam tujuh kurang. Perubahan waktu yang lumayan itu adalah sesuatu yang sesuatu banget. Sudah mulai beradaptasi dengan jadwal sebelumnya, eh, jadwalnya berubah lagi. Beberapa hari ini, tiap adzan magrib datang aku masih dalam kondisi di tengah goreng ikan, masak sambel, rebus sayur. Trus sering mengutuk diri sendiri. Seharian udah pontang panting nggak istirahat, giliran magrib datang belum selesai juga. Akhirnya mood-ku jadi buruk, trus senggol bacok. Kesenggol dikit pengen ngebacok orang. Hahaha Beberapa hari ini, aku emang sengaja ngurangin nyimak kajian buat beres-beres rumah. Ku pikir, setelah rumahnnya bersih, besok besok aku jadi lebih ringan buat beresinnya. Ternyata dugaanku salah. Seharian beresin rumah, besoknya tetep aja rumah berantakan. Apalagi cucian piring yang berasa beranak pinak nggak pernah ada habisnya. Magrib -magrib masih masak nggak selesai juga...