Langsung ke konten utama

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan

Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut.

Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan. 

Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu.

Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan...ya itu, bentar-bentar sakit gigi. Ke dokter gigi, dibersihin, sembuh sebentar terus nggak berapa lama sakit lagi, ke dokter gigi lagi, sembuh sebentar, sakit lagi, ke dokter gigi lagi. Muter gitu aja terus.

Sampai kemudian, saya punya pikiran untuk cari dokter gigi lain. Dan ketemulah saya sama dokter gigi galak dekat rumah. Nggak galak sih, sebenernya. Cuma suaranya kenceng. Kalau ngasih tau kayak orang lagi marah-marah. hahahaha

Ke dokter baru itu, saya disarankan untuk segera cabut gigi. Pokoknya gak boleh ditunda-tunda lagi. Karena kalau dibiarin, ya nggak bakalan sembuh. Ujungnya mbulet lagi. Saya nggak diharuskan ke rumah sakit. Saya cuma disuruh ke dokter umum aja untuk menurunkan tensi. Nggak harus ribet juga ke dokter spesialis penyakit dalam. Ke dokter umum di klinik juga bisa kok, katanya gitu.

Dan bener, saya konsultasi ke dokter umum untuk menurunkan tensi. Baru seminggu kemudian cabut gigi. Ketika jadwal pencabutan tiba, bukannya tensi turun justru tensi saya makin naik. Mungkin karena grogi juga, karena ini adalah pengalaman pertama cabut gigi. Trus kan ngeri juga ke dokter gigi sendiri. sempet kecewa, pasrah aja, karena kupikir bakalan gagal cabut gigi lagi.

Tapi...kata dokternya nggak masalah. Meskipun tensi saya waktu itu 140/100 tapi dokter berani untuk mencabutnya. Tapi dengan perlakuan khusus tentunya. Dan biaya tindakannya pun lebih mahal dari biasaya. Ah, nggak apa-apa lah ya, yang penting bisa cabut gigi.

Berhubung ini baru pertama kali cabut gigi, nggak bisa dipungkiri, saya takut. Apalagi pas dokternya udah siapin alat-alatnya. Meskipun nggak berasa sakit, tapi ya, gitu deh...berasa banget pas dicabutnya. Apalagi sampai disuntik dua kali.

Nah, pas selesai cabut, rasanya legaaaa....Tapi, dokternya bilang gini, "Oh...pantesan sakit terus. Ini sebelahnya ada gigi bungsu yang mau numbuh"

Abis dengerin dokter gitu, saya langsung sedih lagi. Bayangin cerita orang-orang yang pernah operasi gigi bungsu, bengkak berhari-hari, trus harus bolak-balik ke dokter sebelum cabut gigi bungsu. dalam hati, "Duh...bakalan ribet lagi cabut gigi"

Selesai cabut gigi, saya langsung bisa pulang sendiri. Sebelumnya dokter rada khawatir kalau saya pulang sendiri. Tapi Alhamdulillah, saya bisa sendiri. 

Trus nyampe rumah minum obat pereda nyeri. Minum obatnya itu cuma dua kali doang. Karena abis itu nggak berasa sakit. Dan kata dokternya, kalau nggak sakit ya nggak usah minum obat.

Tapi...justru seminggu setelah cabut, bekas cabutannya sakit nggak karuan. saya minumin obat sampai habis, tetep aja nggak sembuh. Saya tunggu sebulan, nggak ada perubahan. Sampai hampir tiga bulan kemudian, tetep aja masih sakit. Dan ini tuh sakitnya lebih parah dari sebelum dicabut. Sampai stress saya gara-gara sakit gigi tiap hari. Tensiku makin nggak karuan karena ngerasain sakit terus. Ditambah lagi, mulai sariawan di mana-mana. Ntah karena apa.

Saat itu, saya mulai mikir. Apa gara-gara ada gigi bungsunya mau numbuh itu jadi sakit terus? Atau karena ada syaraf yang bermasalah. Rasanya saya ogah banget kalau terus-terusan sakit kayak gitu.

Karena udah nggak betah ngerasain tiap hari sakit, dan udah mau tiga bulan nggak sembuh juga, akhirnya saya balik lagi ke dokter gigi. Kata dokter giginya, nggak apa-apa. Cuma emang bekas lukanya itu merah. Saya malah diomelin sama dokternya gara-gara saya keseringan gosok gigi.

Lah...kupikir kalau giginya kotor kan jadi bikin sakit. Eh, ternyata salah lagi. Dokternya cerita, beberapa pasiennya bahkan ada yang 6 bulan baru benar-benar pulih dan nggak ngerasa sakit pasca cabut gigi.

Whaaaaat??

Saya nggak sanggup kalau 6 bulan merasakan sakit kayak gini. Nggak bisa makan bakso, nggak bisa makan Tulangan ayam, nggak bisa makan kacang-kacangan. Bahkan buah apel sama pear aja sama sekali nggak bisa. Tiap kali dipakai ngunyah rasanya perih, nyeri.

Tapi kata dokternya, nggak apa-apa kok. Dan bungsu yang paling belakang itu sama sekali nggak menganggu. Karena setelah geraham dicabut, dia bisa bebas numbuh sudah nggak ada lagi penghalang. Trus kenapa masih sakit nggak karuan? 

Menurut dokternya, saya salah memperlakukannya selama ini. Saya terlalu sering gosok gigi, trus kalau gosok gigi juga pasti tergesa-gesa. Iya, sih. Saya sering gosok giginya buru-buru. Apalagi kalau mau tidur. Udah keburu ngantuk. Hehehe

Sama dokternya, saya nggak dikasih obat. Cuma dikasih Tips untuk merawat bekas cabutan gigi itu. Tips nya kayak gini,

1. Gosok gigi dengan benar.

Menggosok gigi dengan benar itu bukan yang keceng. Tapi pelan-pelan dan lama. Tidak tergesa-gesa. Santai, gitu. Pilih sikat gigi yang bulunya lembut dan kecil. Jadi pas gitu sampai dalam. 

Selama ini, aku tuh mikirnya kalau gosok gigi itu ya, kenceng. Trus sikat gigi harus yang kuat, kekar, kokoh biar mantap nyikatnya. Kalau perlu cari yang gede biar ngegosoknya mantep. Eh, ternyata salah.

2. Makan makanan yang lembut. 

Dokter memang tidak menyarankan saya makan bubur tiap hari. Makan seperti biasa saja. Tapi...pilih makanan yang tidak keras. Jauhi sementara kerupuk, keripik, makanan keras lainnya yang berpotensi melukai gusi bekas cabutan. Ngunyah ya juga pelan-pelan. Jangan sampai nyelip ke lukanya.

3. Berkumur dengan antiseptik atau garam tiap hari.

Dokter justru menyarankan untuk kumur pakai garam saja. Atau diselang seling. Pagi garam, malam antiseptik. Karena menurutnya, pakai yang alami jadi lebih aman. Ditambah lagi, musim covid kayak gini, kumur air garam bisa mencegah virus masuk ke dalam mulut kita.

4. Menggosok gigi teratur.

Usahakan sebelum tidur dan pagi hari gosong gigi. Minimal dua kali sehari. Jangan sering-sering gosok gigi. Tapi juga jangan terlalu jarang. Idealnya ya, sehari 2 kali. Sebelum tidur malam dan sesudah sarapan pagi. Karena kalau keseringan, jadinya gusinya mudah luka.

5. Minum vitamin

Biar proses penyembuhan lukanya cepat, saya disarankan untuk minum vitamin. Banyak makan sayur dan buah-buahan.


6. Sabar...sabar...sabar...sabar...

Dokternya berkali-kali bilang, sabar...sabar...sabar...namanya juga luka. Dengkul baret jatuh aja bisa berminggu-minggu sembuhnya. Ini luka di tempat yang selalu basah. Pasti butuh proses yang lama. Jadi harus sabar. Jadi harus sabar dan tahan banting. Hiks.

Nah...itu dia tips nya. Sebulan kemudian, bekas cabutan emang masih nyeri. Kadang sakit kalau kena sikat gigi, kadang kesenggol makanan gitu juga sakit banget. 

Seminggu puasa ramadhan, saya bener-bener nggak nafsu makan. Apalagi kalau pas buka gitu lukanya kayak kaku. Jadi rasanya perih banget.

Tapi...Alhamdulillah...Minggu kedua ramadhan gigi benar-benar sembuh total. Nggak ngerasa nyeri lagi. Mungkin karena pas puasa jadi jarang ngunyah, makanya giginya istirahat. Sikat gigi juga cuma dua kali. Abis sahur dan setelah buka.

Sekarang setelah 4 bulan pencabutan, Alhamdulillah sudah nggak sakit lagi. Kupikir dulu selamanya bakalan sakit. Hiks...hiks...

Jadi intinya, kalau abis cabut gigi masih juga sakit, harus sabar. Harus telaten ngerawatnya. Bisa jadi, rasa sakit itu bisa menggugurkan dosa-dosa yang sudah kita perbuat. 

Dinikmati saja. Kata dokternya," Nanti juga sembuh..."








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa