Langsung ke konten utama

Tiga Kebiasaan Orang Jepang Ini Bisa Kita Tiru Agar Obrolan Lebih Menyenangkan!



Hal yang paling banyak dilakukan oleh seseorang bersama orang lain itu adalah mengobrol. Ngobrol adalah sesuatu yang seru. Dan buat emak-emak, ngobrol adalah sesuatu yang sangat istimewa. Mau seharian juga, hayuk aja kalau ada temennya yang cocok.

Tapi kadang kala, ngobrol itu juga sesuatu hal yang ngeselin. Selain karena nggak nyambung dengan topik yang diobrolkan, juga karena lawan bicara kita nggak asyik bin ngeselin.

Beberapa waktu yang lalu, saya dan suami sempet ngobrol-ngobrol di mobil tentang urusan mengobrol ini. Doi cerita tentang pengalamannya ke Jepang beberapa waktu yang lalu. Katanya, orang-orang Jepang itu kalau ngobrol unik, menyenangkan, dan nggak nyebelin.

O, ya?

Kenapa emang?

Dari pengamatan suami, orang jepang itu punya sifat dan kebiasaan yang unik kalau sedang ngobrol. Contoh kebiasaannya kayak gini, nih!

1. Tidak Suka Menyela 

Yup, orang jepang itu kalau ngomong nggak mau menyela omongan orang lain. Mereka-mereka itu, kalau diajak ngobrol akan mendengarkan dengan seksama. Trus kalau lawan bicaranya sudah berhenti, jeda  beberapa detik kemudian baru nyaut. Jadi menunggu lawan bicara kita menyelesaikan pembicaran kita dulu baru menanggapi.

Dan ini meyenangkan sekali katanya, jadi obrolan itu berganti-gantian. Nggak bareng-bareng ngomong rame kayak pasar. Malah terkadang kan, satu belum selesai, yang lainnya udah nabrak aja.

Betul apa betul?

Mungkin kalau kita sendiri yang ngobrol, hal itu tidak terlalu kelihatan. Tapi coba kita perhatikan kalau ada orang yang ngobrol. Kita akan tahu, siapa yang kalau ngobrol suka memotong pembicaraan. wkwkwk

Padahal, bagi lawan bicara, memotong pembicaraan adalah sesuatu yang nyebelin buanget. Karena belum juga selesai ngomong udah ada yang nubruk aja. Hiks.

2. Orang Jepang Tidak Suka Spoiler

Waktu suami bilang begitu, saya agak-agak bingung. Spoiler maksudnya gimana, tuh? Kayak review film aja spoiler. Wkwkwkwk.

Pernah nggak, kita ngasih informasi ke orang panjang lebar trus tiba-tiba orang itu motong pembicaraan sambil bilang gini,

"Oh, yang itu ya...iya, saya sudah tahu. Yang seperti itu kan, yang begini kan, yang seperti itu kan?"

Itu namanya spoiler.

Orang Jepang tidak seperti itu. Mereka selalu menghargai lawan bicaranya. Meskipun dia sudah tahu informasi yang disampaikan, mereka akan diam. Menghargai dan mendengarkan dengan seksama. Tidak sok tau dan sok lebih ngerti dari orang lain.

3. Memberi Kesempatan Orang Lain Bicara

Dalam setiap obrolan yang berlangsung, mereka akan memeberi kesempatan lawan bicaranya untuk menanggapi. Jadi nggak dia sendiri yang gomong. Mentang-mentang nggak ada yang nyela trus dia dengan pedenya ngomong terus nggak ada jeda. Menurut suami, orang jepang tidak seperti itu.

Meskipun lawan bicara tidak menyela, mereka masih memberi jeda waktu ke lawan bicaranya untuk menanggapi.

Kira-kira begitulah, hasil pengamatan suami waktu berinteraksi dengan orang Jepang beberapa waktu yang lalu. Kalau dipikir-pikir, emang menyenangkan ya, kalau tiga kebiasaan itu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi yang ngobrol dan diajak ngobrol pun jadi lebih nyaman dan saling menghargai satu sama lain.

Jujur sih, kalau saya yang paling nyebelin itu kalau ngobrol sama orang yang nggak mau di jeda. Jadi bukan ngobrol, tapi kaya seminar. wkwkwkw

Jadi gimana, udah pernah berinteraksi dengan orang Jepang? Kira-kira, lawan bicaramu punya kebiasaan-kebiasaan seperti di atas tidak?

Atau emak punya teman yang punya kebiasaan kayak orang Jepang di atas? Cerita di kolom komentar ya...



Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan menulis One Day One Post yang diadakan di Estrilook Comunity Day 2

#ODOPday2
#EstrilookComunity


Komentar

  1. Iya sih. Budaya jepang dalam menghargai orang itu itu tinggi.

    BalasHapus
  2. Semoga kita bisa menanam kan nilai sopan santun di dalam keluarga kita spt di jepang 😊

    BalasHapus
  3. Semoga kita bisa menanam kan nilai sopan santun di dalam keluarga kita spt di jepang 😊

    BalasHapus
  4. asik juga kalau bisa meniru budaya orang jepang yang sopan santun ya mbak...

    BalasHapus
  5. Mudah-mudahan orang yang suka menyebar spoiler diberikan hidayah oleh Tuhan...
    Aaamin...

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu