Langsung ke konten utama

Kenapa Menulis di Blog?


Foto: www.canva.com

Kalau ngomongin masalah blog yang saat ini kamu baca ini, rasanya nggak ada habisnya. Setiap nyeritain blog ini dari awal dibuat sampai sekarang rasanya gado-gado juga. Antara sedih, bahagia, dan entah perasaan apa bertumpuk jadi satu. Blog ini saya buat karena waktu itu saya lagi stress momong bayi yang nggak bisa diem, tidurnya sebentar, sering rewel, dan bikin mumet yang momong.

Dalam kerempongan itu, saya sering baca tulisan emak-emak yang ada di internet tentang anaknya. Saya melihat tulisan emak-emak itu berisi tentang curhatan semua. Kadang ada solusi, kadang ya cuma cerita-cerita gitu doang. Tapi percayalah, membaca tulisan mereka itu membuat saya bahagia. Saya ternyata nggak sendiri. Walaupun dalam dunia yang nyata, saya memang momong sendirian di rumah. Tapi di dunia maya ternyata saya temennya banyak. Yang anaknya rempong nggak cuma saya sendiri. Di luar sana anaknya yang jauh lebih rempong ada. Dan mereka masih menyempatkan diri untuk menuliskannya di blog. Emak-emak hebat yang tidak pantang menyerah.

Pengalaman remeh temeh yang mereka tulis di blog pribadinya, memberi semangat yang luar biasa untuk saya. Saya yang awalnya galau kalau lagi momong, suntuk, pengen ngamuk, bosenan. Tapi dengan membaca tulisan emak-emak lain di blognya, kegalauannya saya mulai menghilang.

Dan anehnya, walaupun tidak kenal secara langsung, kalau ada ibu yang menceritakan pengalaman yang lucu dan menyenangkan saya jadi ikutan bahagia. Bahagia itu menjalar meskipun tidak bertatapan langsung.

Dari situlah akhirnya saya mulai berfikir, kenapa nggak nulis di blog saja? Kenapa segala kerempongan ngurus bayi dan balita itu nggak saya abadikan dalam tulisan?

Siapa tahu dengan tulisan bahagia yang saya buat, orang lain ikut merasakan kebahagiaan seperti yang saya rasakan saat orang lain menuliskan kebahagiaannya. Siapa tahu di luar sana, ada ibu-ibu yang butuh teman sepeerti saya. Siapa tahu mereka butuh hiburan sambil momong.

Karena fikiran itulah akhirnya saya beranikan diri buat blog. Daaaaan...blog pun jadi. Girangnya bukan main waktu itu. Sepertinya saya ungkapkan kebahagiaan itu di postingan pertama di blog ini. Hahaha

Saya ingat betul, waktu bikin blog ini saya nyambi momong bayi yang saya taruh di atas meja di samping laptop. Sesekali dia nangis pengen digendong. Dan sambil gendong dia, saya browsing gimana ngutak-atik blog biar tampil cantik seperti milik orang lain. Kalau berhasil senengnya minta ampun.

Perjalanan menulis di blog pun akhirnya dimulai. Isinya memang sengaja saya buat curhatan-curhatan, biar yang baca nggak kayak baca situs berita online. Waktu itu, tiap jam nengokin page view. Dari 2, 5, trus nggak nambah-nambah yang baca. Trus kesel. Dan akhirnya buka hp suami dan ngetik blog sendiri berkali-kali biar page view nya nambah. Hahahah

Setelah blog berjalan beberapa waktu, apa yang saya niatkan waktu pertama bikin blog akhirnya tercapai. Beberapa orang e-mail nanyain tempat wisata yang saya tulis, beberapa teman juga kasih pesan untuk terus menulis di blog. Katanya, tulisan-tulisan saya lucu dan bikin ngikik. Entahlah, di bagian mana mereka ngikik.

Dari situ, menulis di blog itu seperti candu. Meski tidak dibayar, tapi bisa menimbulkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Cobain deh, bikin blog sekarang!

Tulis curhatanmu, dan jangan lupa kasih tahu saya ya...Ngasih tahunya gampang kok, nggak usah japri. Cukup komentar di postingan ini saja, nanti saya kunjungi balik blognya. Wkwkwkwk. Ujung-ujungnya nyuruh komentar.


Tulisan ini diikutsertakan dalam event  #BPN30dayChallenge di  @bloggerperempuan  

Komentar

  1. Masih belajar, mbak. Yuk kita sama2 belajar ya...

    BalasHapus
  2. Saya lagi kangen curhat galau di blog, nih. Hihihi.

    BalasHapus
  3. Jadi ingat, barusan ada teman yang inbox gimana caranya bikin blog. Mungkin terpengaruh oleh hawa nge-blog yang terus kutiupkan. Hehehe. Welcome to blogging world.

    BalasHapus
  4. Jujur, kangen banget nulis hal semacam curhat. Apapun yang nggak ada deadline :D
    Terimakasih Mbak. Senang bisa berkunjung balik ke sini.

    BalasHapus
  5. Abis abaca tulisan ini mendadak akupun pengen curhat di blog mbak heheh. Aku udah lama banget nih ga nulis artikel yg isinya curhat gini, skrg lg byk deadline review produk. Salam kenal ya mbak

    BalasHapus

  6. Mantap bgt kaks!

    Kalau sempat main juga ke blog saya Cerita Alister N ya.... Makasih 🙏🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu