Langsung ke konten utama

Ngomongin Parkir, Yuk!


Foto: www.pixels.com

Beberapa waktu yang lalu, saat saya jemput si kakak dari sekolah, dia bercerita.

"Hari ini itu, hari yang aneh" Kata Si kakak.

"Lho, emang aneh kenapa?"

"Tadi pas di sekolah, ada mobil mau parkir tapi beloknya itu nggak kayak bunda gitu lho..."

"Maksudnya?"

"Kalau bunda sama yang lain kan, ngadepnya ke depan dia ngadepnya ke belakang"

Saya senyum-senyum bayangin tampilan mobil yang parkir di tempat parkir sekolah itu.

"Oh...trus?"

"Trus ada lagi mobil parkir. Masa, parkirnya di kanan kiri jalan, trus mobil-mobil lain nggak bisa lewat, gitu."

"Oh...Trus?"

"Trus bunda tau nggak?" Saya masih mendengarkan ceritanya.

"Ternyata... yang nyetir itu emak-emak semua, lho" Katanya dengan mimik heran.

Sampai sini, suasana mendadak jadi hening. Saya udah nggak bisa ngomong "oh" sama "Terus" lagi. hiks. Maklumlah, saya kan, ada dibarisan emak-emak juga. Tapi bukan emak-emak tukang parkir sembarangan ya, gengs 

Ngomongin masalah parkiran, sebagai emak yang sering wara-wiri pakai mobil, parkir adalah suatu hal yang kadang begitu sulit. Apalagi, jika harus parkir di jalanan yang notabene, jalanan di perumahan sekitar rumah itu hampir bisa dibilang sempit kalau sisi jalan dipakai untuk parkir.

Selain mengganggu para pengguna jalan, juga mengganggu keamanan di jalanan itu sendiri. Saya kadang ngeri aja, kalau pas lagi ada yang parkir di tikungan tiba-tiba dari arah berlawanan ada segerombolan anak kecil main sepeda. Namanya anak kecil, kadang nggak ngeh kalau dibelokan ada mobil yang mau lewat. Jangankan anak kecil, orang dewasa pakai motor aja kadang nyaris nabrak. Makanya saya kesel banget kalau ketemu tikungan trus di situ ada yang parkir mepet-mepet pas di tikungannya.  

Beberapa orang kadang juga parkir di depan pintu rumah orang lain. Sampai-sampai, pemilik rumah mau keluar aja nggak bisa harus mlipir-mlipir. Kalau udah kenal dan ngomong dulu sih, nggak masalah. Kalau mau lewat tinggal teriak minta dipindahin. Cuma terkadang, yang nyebelin itu kalau mobil tamu yang parkir di depan pintu rumah orang lain. Nyebelin banget, gak sih?

Tapi ada lagi model parkir orang paling nyebelin, kalau pas lagi di jalanan ramai, di sisi kiri udah ada yang parkir, eh di kanan jalan ada lagi juga yang parkir. Trus mobil-mobil yang lewat nggak muat jalan di tengah. Hadewh...

Kadang saya ketawa ngikik kalau pas lagi nggak sensi. sambil ngomong sendiri sama setir,"Wahai setiran, trus aku suruh lewat mana ini?"

Tapi ya, selama ini cuma ngelus dada aja. Dan berusaha untuk tidak niru-niru model parkiran mereka.

Tadi sebelum nulis ini di blog, saya sempat baca-baca artikel tentang parkir di tempat umum. Ternyata, parkir itu juga diatur undang-undang lho. Ada aturan jelas. Ada beberapa area yang  memang dilarang untuk parkir.

Dalam undang-undang dijelaskan bahwa, beberapa area yang dilarang itu sebagai berikut:


  1. Tikungan, bahu jalan, atau sebuah jembatan.
  2. Di tempat pejalan kaki atau trek sepeda.
  3. Dekat lampu lalu lintas atau penyebrangan jalan
  4. Di jalan utama atau di jalan dengan lalu lintas yang melaju cepat
  5. Berhadapan atau dekat dengan kendaraann lainnya di seberang jalan, sehingga mempersempit ruang jalan
  6. Dalam 6 meter dari satu persimpangan atau dalam 9 meter dari suatu pemberhentian bus. Kecuali jika keadaan rusak. Lalu jangan berhenti di sisi lain hidran pemadam api, atau yang dapat mengganggu akses kendaraan pemadam ke hidran.
  7. Menghadap bagian depan mobil ke arah lalu lintas yang berlawanan.
  8. Sepanjang jalan yang licin.
  9. Di jalan layang, terowongan atau di sisi jalan yang menuju jalan layang atau terowongan.
  10. Di atas pinggiran rumput atau bahu jalan.


No 1, 5, dan 7 itu paling sering ditemui di sekitar. Malah pelakunya bukan emak-emak lho. Justru bapak-bapak yang parkir kayak gitu.

Nah, sekarang sudah tahu.kan, area mana yang dilarang untuk parkir?

Jadiii...parkirlah di tempat-tempat yang tidak mengganggu para pemakai jalan yang lain demi keselamatan dan ketertiban bersama.

Itu urusan parkir ya...maksudnya, parkir itu kan berarti cuma mampir sebentar. Nggak lama-lama, nggak pakai nginep segala. Itu saja ada aturan undang-undangnya dan sudah jelas-jelas dikasih tahu bagian mana yang nggak boleh diparkirin.

Lha, yang jalannya dipakai buat garasi pribadi itu gimana?

Menurut emak-emak semua gimana, nih?

Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan menulis One Day One Post di Estrilook Comunity.


Sumber: www.kompas.com

Komentar

  1. Suka gemas juga nih...malah di tempat sy lapangan buat warga dipakai parkir coba. Anak-anak jd g punya lapangan bermain..hiks. Sekarang sedang diurus semoga bisa segera diatasi, bayangin aja mobil berapa biji kompak banget ngisi lapangan sampai penuh :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trus kalau kondisinya seperti itu, biasanya kalau mobilnya baret atau kenapa-kenapa yang disalahin anak. Memprihatinkan ya, mbak.

      Hapus
  2. Suruh bikin tol aja di depan rumahnya mbak, buat ganti jalan yang dipakai garasi tadi. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya, mbak...suruh bikin jalan tol biar bebas hehe

      Hapus
  3. urusan parkiran memang kadang-kadang suka nyebelin. Suka ada yang seenaknya sendiri

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu