Emak-emak Baru Belajar Al Quran?
Di hari ke-7 tantangan menulis ini, saya sebenernya sudah menyiapkan tulisan dengan tema serius. Tapi berhubung lagi malas baca bacaan yang banyak, saya putuskan untuk nulis curhat saja hari ini. Gak apa-apa kan, ya? yang penting kan nulis.
Sekitar dua tahun yang lalu, saya dan beberapa tetangga sepakat mau nyari guru ngaji baca Al quran. Mengingat bacaan kami yang masih belum fasih benar. Malah, saya termasuk yang memang belum banyak belajar baca Al quran. Awalnya agak-agak sulit membagi waktunya. Karena waktu itu saya masih punya anak kecil yang masih rempong. Kalau belajar harus bawa bocil itu rasanya nggak enak. Mau baca bukunya direbutlah, mau nyuara ditutup mulutnya lah, dan masih banyak rintangan-rintangan lain yang menghalangi.
Awalnya saya malu. Sedikit malu karena sudah tua baru belajar Al quran. Tapi rasa malu itu segera saya enyahkan begitu saja. Karena mumpung ada temannya belajar. Lagipula, nggak ada yang nyorakin ini. Walaupun pas saat-saat tertentu, ketika ada salah ucap atau salah membaca banyak yang tertawa. Tapi saya coba untuk serius dan tidak ambil pusing semuanya.
Akhir-akhir ini, banyak teman yang nanya,
"Ngaji di mana?"
"Ngaji sama siapa?"
Saya jelaskan, kalau saya memang belajar mengaji dengan para ibu tetangga setiap seminggu sekali. Kami memanggil seorang guru untuk mengajari. Guru kami galak, tegas, tapi ilmunya mumpuni untuk mengajari kami belajar mengaji.
Saya sempat diajak lagi untuk mengaji bersama guru lain, tapi saya tolak. Karena menurut pengalaman, ketika saya belajar mengaji ke guru lain, saya nggak akan bertahan lama. Paling cuma dua atau tiga pertemuan langsung malas datang.
Apakah karena gurunya kurang pintar?
Bukan. Ternyata bukan karena gurunya kurang pintar. Tapi menurut saya pribadi, belajar mengaji pada satu orang saja itu sudah cukup asal diseriusin. Justru yang banyak ngaji ke sana kemari itu malah bubar jalan.
Kenapa?
Karena saya jadi tidak fokus.
Di awal-awal mulai belajar, saya termasuk murid yang bodoh. Bisa dikatakan seperti itu. Karena di saat yang lain sudah bisa membaca dengan nada, saya masih bingung mengeja. Lama-lama, saya merasa ada yang aneh.
Kok yang lain sudah bisa, tapi saya belum ya? Apa yang salah?
Akhirnya, dengan niat yang kuat dan keras sekeras baja#uhuk, saya pakai trik ini untuk mengejar ketinggalan yang sudah terlalu jauh
1. Mengulang membaca di rumah
Sebelum fasih membaca Al quran, saya sering malas kalau disuruh baca Al quran. Karena bacaan saya waktu itu masih jelek, nada juga nggak ada bagus-bagusnya buat didenger. Apalagi kalau ketemu huruf yang susah gitu, rasanya pengen nangis aja di pojokan kalau lagi tilawah. Tapi sejak belajar mengaji, saya jadi semangat untuk membaca Al quran. Mengulanginya sebisa mungin dan sesering mungkin. Sebisanya.
Ternyata, cara ini ampuh juga untuk megejar ketertinggalan saya selama ini, lho
2. Patuh dengan guru.
Patuh dengan guru itu kadang mengenaskan. Karena guru ngaji kami termasuk guru yang lumayan galak. Jadi kalau salah, kadang harus diulang-ulang terus sampai bacaannya bener. Kadang keder di ketawain sama yang lain. Tapi percayalah, jika kita patuh dengan arahan yang diberikan oleh guru, Insyaa Allah akan segera lancar bacanya.
3. Hilangkan malu
Saat saya salah ucap, lalu tawa yang lain pecah membahana, kadang timbul perasaan malu. Tapi malu itu langsung saya tendang saja jauh-jauh. Tak ada gunanya malu. Lebih malu lagi kalau ternyata anak kita lebih pintar ngajinya daripada kita sendiri. Ya kan?
4. Belajar di rumah dengan anak
Saya akui, untuk belajar Al quran ini, saya kalah jauh dengan anak saya sendiri. Anak saya udah Al quran, saya masih di jilid 3. Tapi kadang kalau saya kesulitan membaca, saya tanya ke anak saya saja. Saya mengakui, kalau saya memang belum bisa.
Dan ternyata, anak saya mengerti. Bahkan, dia senang sekali kalau saya minta diajari sama dia di rumah.
Sekarang, saya lagi menghafal tajwid dan ghorib. Kalau pas saya lagi belajar, anak saya kadang yang ngetes hafalan saya. Jadi gantian, gitu. Lama-lama, belajar saya ada kemajuan yang cukup baik. Yang tadinya susah untuk mengerti, saya sudah mulai cepet paham. Daaaaan...
5. Tidak lupa berdoa
Guru ngaji saya pernah bilang, "Walaupun sudah tua, jangan malu belajar Al quran. Jika niat kita baik, Allah akan selalu memudahkan." Berdoa selalu agar dimudahkan itu penting. Makanya, jangan segan-segan untuk memohon pertolongan-Nya, ya.
Nah, emak-emak semua, sudahkan memperbaiki bacaan Al Quran kita? Atau...masih malu mau belajar dari nol?
Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk belajar dan beribadah ya...
Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan menulis One Day One Post di Estrilook Comunity
Sekitar dua tahun yang lalu, saya dan beberapa tetangga sepakat mau nyari guru ngaji baca Al quran. Mengingat bacaan kami yang masih belum fasih benar. Malah, saya termasuk yang memang belum banyak belajar baca Al quran. Awalnya agak-agak sulit membagi waktunya. Karena waktu itu saya masih punya anak kecil yang masih rempong. Kalau belajar harus bawa bocil itu rasanya nggak enak. Mau baca bukunya direbutlah, mau nyuara ditutup mulutnya lah, dan masih banyak rintangan-rintangan lain yang menghalangi.
Awalnya saya malu. Sedikit malu karena sudah tua baru belajar Al quran. Tapi rasa malu itu segera saya enyahkan begitu saja. Karena mumpung ada temannya belajar. Lagipula, nggak ada yang nyorakin ini. Walaupun pas saat-saat tertentu, ketika ada salah ucap atau salah membaca banyak yang tertawa. Tapi saya coba untuk serius dan tidak ambil pusing semuanya.
Akhir-akhir ini, banyak teman yang nanya,
"Ngaji di mana?"
"Ngaji sama siapa?"
Saya jelaskan, kalau saya memang belajar mengaji dengan para ibu tetangga setiap seminggu sekali. Kami memanggil seorang guru untuk mengajari. Guru kami galak, tegas, tapi ilmunya mumpuni untuk mengajari kami belajar mengaji.
Saya sempat diajak lagi untuk mengaji bersama guru lain, tapi saya tolak. Karena menurut pengalaman, ketika saya belajar mengaji ke guru lain, saya nggak akan bertahan lama. Paling cuma dua atau tiga pertemuan langsung malas datang.
Apakah karena gurunya kurang pintar?
Bukan. Ternyata bukan karena gurunya kurang pintar. Tapi menurut saya pribadi, belajar mengaji pada satu orang saja itu sudah cukup asal diseriusin. Justru yang banyak ngaji ke sana kemari itu malah bubar jalan.
Kenapa?
Karena saya jadi tidak fokus.
Di awal-awal mulai belajar, saya termasuk murid yang bodoh. Bisa dikatakan seperti itu. Karena di saat yang lain sudah bisa membaca dengan nada, saya masih bingung mengeja. Lama-lama, saya merasa ada yang aneh.
Kok yang lain sudah bisa, tapi saya belum ya? Apa yang salah?
Akhirnya, dengan niat yang kuat dan keras sekeras baja#uhuk, saya pakai trik ini untuk mengejar ketinggalan yang sudah terlalu jauh
1. Mengulang membaca di rumah
Sebelum fasih membaca Al quran, saya sering malas kalau disuruh baca Al quran. Karena bacaan saya waktu itu masih jelek, nada juga nggak ada bagus-bagusnya buat didenger. Apalagi kalau ketemu huruf yang susah gitu, rasanya pengen nangis aja di pojokan kalau lagi tilawah. Tapi sejak belajar mengaji, saya jadi semangat untuk membaca Al quran. Mengulanginya sebisa mungin dan sesering mungkin. Sebisanya.
Ternyata, cara ini ampuh juga untuk megejar ketertinggalan saya selama ini, lho
2. Patuh dengan guru.
Patuh dengan guru itu kadang mengenaskan. Karena guru ngaji kami termasuk guru yang lumayan galak. Jadi kalau salah, kadang harus diulang-ulang terus sampai bacaannya bener. Kadang keder di ketawain sama yang lain. Tapi percayalah, jika kita patuh dengan arahan yang diberikan oleh guru, Insyaa Allah akan segera lancar bacanya.
3. Hilangkan malu
Saat saya salah ucap, lalu tawa yang lain pecah membahana, kadang timbul perasaan malu. Tapi malu itu langsung saya tendang saja jauh-jauh. Tak ada gunanya malu. Lebih malu lagi kalau ternyata anak kita lebih pintar ngajinya daripada kita sendiri. Ya kan?
4. Belajar di rumah dengan anak
Saya akui, untuk belajar Al quran ini, saya kalah jauh dengan anak saya sendiri. Anak saya udah Al quran, saya masih di jilid 3. Tapi kadang kalau saya kesulitan membaca, saya tanya ke anak saya saja. Saya mengakui, kalau saya memang belum bisa.
Dan ternyata, anak saya mengerti. Bahkan, dia senang sekali kalau saya minta diajari sama dia di rumah.
Sekarang, saya lagi menghafal tajwid dan ghorib. Kalau pas saya lagi belajar, anak saya kadang yang ngetes hafalan saya. Jadi gantian, gitu. Lama-lama, belajar saya ada kemajuan yang cukup baik. Yang tadinya susah untuk mengerti, saya sudah mulai cepet paham. Daaaaan...
5. Tidak lupa berdoa
Guru ngaji saya pernah bilang, "Walaupun sudah tua, jangan malu belajar Al quran. Jika niat kita baik, Allah akan selalu memudahkan." Berdoa selalu agar dimudahkan itu penting. Makanya, jangan segan-segan untuk memohon pertolongan-Nya, ya.
Nah, emak-emak semua, sudahkan memperbaiki bacaan Al Quran kita? Atau...masih malu mau belajar dari nol?
Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk belajar dan beribadah ya...
Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan menulis One Day One Post di Estrilook Comunity
Komentar
Posting Komentar
terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)