Langsung ke konten utama

#jalanjalan :Camping Keluarga di Wisata Alam Capolaga (Day 1)


Waktu liburan sekolah kemarin, anak-anak ribut terus minta jalan-jalan. Secara, selama tiga minggu liburan, ayahnya tiap hari pulang malam terus. Pulang ke rumah antara ada dan tiada. Raganya dimana, nyawanya di mana. Saya sampai khawatir itu komputer di kerjaan jebol ngitung lemburannya hahaha...

Curug sawer

Makanya dari itu, hari sabtu tanggal 30 Desember kemarin saya culik dia untuk ninggalin kerjaan sementara. Pokoknya harus liburan. Kalau sampai masih masuk kerja, ntar kami susulin ke kerjaan sambil bawa rantang sama kasur. Hiks.

Dan benar saja, meskipun agak maksa banget buat pergi-pergi, karena biasanya pas akhir tahun itu kami nggak pernah jalan-jalan, akhirnya kami bisa nyetatus otw. Yuhuuu...(padahal, sampai seharian jalan nggak inget nyetatus juga)

Rencana awalnya cuma mau ke hotel mana gitu, trus tiduran di hotel, duduk-duduk nyantai kayak di pantai sambil jajan makanan. Tapi kok dipikir-pikir sangat mainstream sekali  ya. Nggak ada hal yang menantang gitu. Kenapa nggak sekali-sekali liburan yang menantang?. Naik gunung kek, jalan kaki yang lama gitu, biar sekalian olahraga.

Nah, kebetulan waktu itu ada seorang tetangga yang cerita kalau doi habis camping. Mendirikan tenda sama bikin api unggun sehari semalam. Sambil menikmati alam dan ngumpet sejenak dari keramaian jalanan. Di Taman Wisata Alam Capolaga, Subang, katanya ada tempat buat camping keluarga yang oke punya. Walaupun campingnya ala-ala manja gitu, tapi lumayanlah bisa menyegarkan mata dan pikiran. Dari situ, saya mulai tertarik untuk pergi camping juga. Saat nanya ke ayahnya, doi udah pasrah aja mau ke mana. Yang penting jalan-jalan. Waktu saya tawarin ke anak-anak tentang acara camping tersebut, anak-anak langsung pada teriak.

"Apaaaaah? camping?"

"Kenapa nggak nyewa villa aja, sih?"

"Berenang ajalah....jangan camping..."

"takut gelap!"

"Nanti kalo mau pipis gimana?"

"Nanti makan apa?"

"Nanti kalau hujan gimana?"

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan manja yang mereka ajukan. Tapi justru karena pertanyaan-pertanyaan manja mereka itulah akhirnya saya niat bulat lat lat lat buat berangkat. Bahwa mereka sekali-sekali harus diajak keluar dari zona nyaman mereka. Biar bisa ngerasain gimana rasanya hidup dalam keterbatasan. Biar ngerasain serunya tidur di alam bebas pake tenda. Secara, si kakak tiap kali disuruh buat ikutan kemah di sekolah selalu mlipir ke pojokan.

Akhirnya...Saya putuskan juga buat camping ke Capolaga. Nggak banyak baca-baca di google, pokoknya cuma berbekal cerita dari tetangga saja langsung telp pesen tenda.

Mendengar kata Subang dan liburan panjang, yang terbayang di benak dan sanubari adalah jalanan nanjak dan macet. Agak grogi, ntar kalau macet mengular naga panjangnya gimana?

Untuk mensiasati kemacetan itu, kami rencana berangkat jam tiga pagi. Iya, jam tiga pagi. Niat banget mau berangkat lebih awal. Tapi ternyata, niat tinggallah niat. Subuh-subuh baru pada kriyip-kriyip mengumpulkan keberanian hehe....

Pagi sekitar jam enam, kami baru berangkat dari rumah kami di Cibitung. Sebelum berangkat, kami sudah membesarkan hati, seandainya di jalanan macet total, yah nikmatin aja nggak usah ngomel-ngomel. Namanya juga libur panjang. Dan nggak usah ngomongin duit juga biar tetep waras. Hahaha...

Tapi ternyata eh ternyata, jalanan lancar jaya. Hanya beberapa titik di tol Cikampek yang agak padat merayap. Itupun tidak lama. Selebihnya jalanan ramai. Pakai gooogle map, kami diarahkan untuk melewati jalur Purwakarta Wanayasa. Walaupun jalannya agak sempit, tapi nggak ngeri-ngeri amat kok tanjakannya. Masih bikin hati tenang pakai mobil mungil.

Sampai di Capolaga pukul 08.15 menit. Total perjalanan dua jam 15 menitan lah kira-kira. Nggak nyangka banget pokoknya. Rejeki bangun kesiangan#lho

Sampai di Capolaga, kami langsung ke bagian office menemui pak Nandi. Petugas pendaftaran sekaligus pengelola taman wisatanya. Karena sebelumnya kami sudah pesen tenda dan tempat, jadi di sana tinggal bayar aja. Di Capolaga, sebelum camping harus daftar dulu dibagian officenya dekat pintu masuk. Sekalian nyewa perlengkapan perang  tidur dan memilih area tenda. Area tenda harus mendaftar dulu ke pak Nandi ya, nggak bisa asal mendirikan. Karena terkadang udah ada yang booking tempat sebelumnya lewat telp. Kemarin, kami mendapat tempat di blok 2. Dan ini rician biayanya.

Jumlah yang harus ditransfer ( lo kate online shop mak, ditransfer. cash dong...)

Ada dua pintu masuk di capolaga ini. Pintu masuk 1 untuk pengunjung biasa yang nggak nginep, dan pintu 2 untuk yang nginep. Atau kebalik ya, maaf agak lupa untuk bagian ini. Pokoknya yang ada officenya itu yang enak buat masuk camp area. Di capolaga ini juga nyewain villa dan penginapan lho...tapi kebanyakan buat rame-rame. Berdua puluh atau lebih. Kalau keuarga berencana kayak kami, kebanyakan nyewa tanah  tenda.

Setelah urusan daftar mendaftar selesai, Pak Nandi bilang tendanya akan dipasangin sama petugasnya. Kalau mau uji nyali ketrampilan buat pasang sendiri juga bisa. Tergantung mintanya gimana.

Karena kami baru sekali dan belum tau situasinya gimana, akhirnya kami jalan aja masuk ke area camping seperti yang ditunjukkan pak Nandi. Liat-liat dulu, kalau tempatnya syerem ya, nyari penginepan aja atuh hahahah....

pintu masuk 1

Dari pintu masuk, kami menuruni anak tangga yang sedikit curam dan licin. Melewati jembatan yang airnya bening banget. Kupikir, jalannya itu udah semen gitu. ternyata masih tanah dan kerikil. Naik turun melewati tanjakan yang berumput. Di kanan kiri jalan cuma ada pohon-pohon besar. Dan waktu kami jalan, nggak ada seorangpun yang lewat kecuali kami berempat. Sempet takut kalau tiba-tiba ada harimau atau ular menghadang. Dan bingung mau lari ke mana.

Bagi emak-emak kayak saya yang jarang olahraga, kaki rasanya udah berasa banget nggak enaknya. Padahal baru jalan beberapa kilo saja. Sungguh....derita lo deh mak!

Anaknya lari-lari, emaknya masih tertatih-tatih berasa mau pengsan

Setelah berjalan kira-kira sekitar 2 km dari pintu masuk, akhirnya kami sampai juga di tempat camping. Tidak hanya tempat campingnya yang membuat saya takjub, tapi juga sungai yang mengalir dengan anggunnya itu yang bikin nggak berdaya. Masya Allah....airnya bening banget. Batu-batunya kelihatan jernih. Daaaan...pohon-pohonnya banyak. Saya sampe melongo liatin kondisi sekitar yang begitu indahnya. Sampai nggak ngeh, kalau tenda ternyata sudah siap pakai

Liat airnya trus pengen tiduran

Tenda kami sudah terpasang di blok 2 setelah kami sampai. Tempatnya seperti tanah lapang luas dekat curug sawer. Jadi pas sebelah tenda ada curugnya. Dan kalau pas tidur terdengar gemericik air serasa syahdu. Syahdu apa serem, maaaak?

Awalnya mau milih di dekat sungainya, tapi anak-anak nggak mau karena takut gelap. Lampu paling banyak di area blok 2. Dan nggak terlalu kelihatan serem karena ada beberapa tenda juga yang terpasang di sana.

Yang lainnya masih jarang lampunya. Apalagi yang paling ujung dekat curug karembong. Sepi dan sunyi. Tapi jika ingin mencoba camping yang beneran, mendirikan tenda di dekat curug karembongnya mungkin harus dicoba hahahah......

Tenda sudah berdiri, tapi setelah dicek, ternyata tenda untuk empat orang itu kekecilan buat kami. Maklumlah, badannya jumbo semua. Dibuat tidur kakak sama ayahnya aja udah penuh. Jadilah kami tukar tenda yang buat berlima. Si ayah balik lagi ke office menemui pak Nandi minta tukar. Kembali dari nukar tenda langsung tepar deh.... Saya dan bocah-bocah nyebur ke sungai sambil jejeritan. Ternyata, jalan di sungai yang banyak batu-batunya itu nggak mudah lho, Berasa kayak mau jatuh kepleset, tapi seru banget bisa ngerasain nginjek batu-batunya. hehe..

Ketakutan jalan sendiri di Sungai

sudah bahagia berhasil menemukan teman

Saya yang notabene orangnya penakut, cuma nguplek sungai di dekat tenda saja. Itupun waspada tingkat akut kalau ada binatang-binatang yang melintas. Secara, waktu kami lagi main-main di sungainya, kondisi masih sepi banget. Dan cuaca agak gelap karena mau turun hujan. Ditambah lagi, tenda-tenda yang tadinya berdiri di satu blok dengan kami ternyata sudah dibongkar semua. Alias pulang. Ngalamat sendirian deh...

Karena belum terbiasa mungkin, atau malah karena takut, bocah-bocah ngajak balik lagi ke pintu masuk pengen ngambil barang-barang mereka. Jadilah akhirnya kami balik lagi ke parkiran. Menyusuri jalanan yang sepi dan hanya terdengar suara jangkrik dan air terjun. Sesekali, kami saling pandang dan menguatkan. Kalau ada harimau langsung lariiiiii....

Nyampai diparkiran, ternyata perut sudah mulai laper. Nyari makanan nggak ada yang sedia. Kalaupun ada biasanya cuma bakso atau mi ayam yang mangkal di dekat parkiran. Ya udah deh, makan bakso aja.

Karena cuaca begitu mendung, akhirnya saya dan bocah buru-buru balik lagi ke tenda. Balik dari parkiran, bawa barang bawaan yang luar biasa banyak. Kaki rasanya bener-bener nggak bisa berdiri#lebay. Dan pas nyampai tenda lagi, hujan mengguyur dengan derasnya. Ah....ngadem di tenda doang jadinya. Hujan deres, membuat kami hanya tiduran di dalam tenda saja sambil minum teh panas.

Di dekat curug sawer, nggak jauh dari tenda kami, ada sebuah warung yang menyediakan minuman hangat dan gorengan. Jadi kalaupun nggak bawa peralatan masak, masih bisa jajan mi di warung dekat tenda. Jangan protes, ini memang campingnya orang manja. Wkwkwkwk

Hari pertama kami camping, hujan terus turun sampai sekitar jam sembilan malam. Suasana agak mencekam, karena dalam satu blok yang luas itu ternyata hanya tenda kami yang berdiri. Sepi sunyi tiada yang menemani. Dan apesnya, nggak bawa lampu emergency juga. Komplit dah...tapi tenang....selagi masih ada hp nggak bakal kegelapan.

Setelah isya, malah banyak orang yang baru datang ndiriin tenda. Tapi mereka ndiriinnya malah di tempat yang gelap dan sunyi. Blok kami yang terang benderang mereka lewatkan begitu saja. Hiks.

Malemnya, suami bikin api unggun sama tukang yang diriin tenda. Dibawain kayu bakar trus disuruh ganti pakai duit. Malam saya lalui dengan tidur pulas. walaupun agak gelisah karena ternyata saya nggak kuat sama dinginnya. walaupun sudah pakai sleeping bag tetap saja badan berasa meriang gitu. Lutut rasanya kayak mau copot beneran. Mau nangis malu. Nggak nangis pengen nangis saking sakitnya. Dan anak-anak tersayang.....semuanya tidurrrrr....nggak ada yang rewel. Mungkin karena capek jalan kali ya, abis isya langsung mada molor.

Dan malampun semakin syahdu. harusnya duduk berdua menikmati api unggun sambil menatap bintang. Tapi apalah daya, giliran saya melek suami malah siap-siap tidur. Huh..

jembatan dari camp area 2 menuju toilet dan mushola..




Sekedar informasi, untuk toiletnya banyak dan bersih ya. Tapi harus siap-siap uang dua ribuan:)

Bersambung ke sini ya Camping keluarga di Wisata Alam Capolaga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu