Langsung ke konten utama

Nyasar ke Group Para Penulis


Sebenernya, saya itu nulis ini pengen pamer. Hahaha....awalannya udah nggak asik, biarin.... yang penting tulisannya bisa kelar sampai selesai. Nggak mandek di draft dan bikin jerawatan.

Jadi ceritanya, beberapa bulan yang lalu, saya salah ndudul link. Karena sinyal hp sedang tidak mau diajak kompromi, jadi layar hp itu entah kenapa tidak bisa bergerak sama sekali. Mandek aja di situ. Saya coba pencet-pencet nggak bisa. Digeser sana sini tetep layarnya nggak beergerak sama sekali. Lalu beberapa saat kemudian, hpnya kembali normal. Tapi usut punya usut, ternyata saya udah masuk ke salah satu group whatsapp yang anggotanya bejibun. Agak kaget, kok bisa ya?

Dipikir-pikir dan nyoba bayangin reka ulangnya, mungkin sayanya salah ndudul link. Link itu digunakan untuk masuk ke salah satu group wa dan pas saya nyoba mencet-mencet hpnya mungkin link itu kepencet gitu. Anggap aja begitu. Daripada saya mbayangin ada tangan lain yang mencetin hp saya. Secara saya lagi sendirian. Hiks

Maka, masuklah saya ke group itu. Setelah di cek, ternyata itu salah satu grup yang anggotanya kebanyakan para penulis. Nyasar yang membahagiakan. Mungkin begitu kalau mau susah-susah nyekrol ke atas ganti judulnya. hehehe

Setelah masuk ke group yang isinya kebanyakan penulis itu, saya coba duduk manis aja nunggu pengumuman. Ya kali suruh mbayar gitu. Tapi setelah beberapa waktu, saya tau bahwa itu group gratisan. Yang dibentuk dari idenya kang Ali Muakhir. Siapa coba yang nggak kenal sama beliau. Yang bercita-cita pengen jadi penulis cerita anak, tapi nggak kenal sama beliau, mundur dulu ke belakang tiang listrik, trus semedi :D. Sungguh....nyasar yang sangat-sangat membahagiakan. Saya rela duduk manis cantik di group biar dapat ilmu yang banyak.

Lalu, muncullah sebuah peraturan group. Kayak semacam jadwal pembahasan gitu. Hari senin apa, selasa apa, dan gitu seterusnya. Saya nyoba untuk aktif, walaupun cuma nimbrung-nimbrung bilang terima kasih atau njempol saja.  Bukan nyuwun sewu lho ya, terima kasih! Penting ini....catet! hahahah

Dari pengumuman itu, ternyata ada sesi kuisnya di hari jumat. Jumat pertama, seluruh anggota ditantang untuk membuat kalimat pembuka sebuah cerpen. Hadiahnya lumayan, satu e book berjudul "Ayah" karya Andrea hirata. Banyak yang antusias mengikuti tantangan itu. Baru beberapa jam aja, yang ikut udah banyak banget.

Saya agak bingung, ikut nggak ya, ikut nggak ya, secara hampir semua kalimat pembuka yang mereka buat adalah cerpen remaja dan dewasa. Padahal, saya nggak yakin bisa buat cerpen dengan genre itu. Saya lebih nyaman buat cerpen anak, yang bisa ngibul sepuasnya saat ndongeng. Tapi kalau nanti saya bikin paragraf pembuka cerpen anak, nanti takut diketawain hehehe...Dasar emak-emak pesimis

Setelah detik-detik mendekati deadline, akhirnya saya mencoba untuk nulis paragraf pembuka cerpen anak juga. Daaaaaan....sinyal berulah lagi. Plus whatsapp yang mulai hang. Tarik nafas dalam-dalam, coba lagi, coba lagi, coba lagi. Entah berapa kali saya nyoba, baru kemudian berhasil. Dan nyempillah paragraf pembuka cerpen anak itu diantara paragraf-paragraf lain. Bener-bener nyempil. Lha wong hampir semua genre nya remaja dan dewasa. Cuma saya dan satu orang peserta yang nulis cerpen anak. Itu aja, paragraf pembuka yang saya buat dongeng banget. Bener-bener dongeng. hahahaha....

Seminggu kemudian, saat ada jadwal kuis, pemenang lomba itupun diumumkan. Dan nama saya ikut kesebut sama admin nya. Perasaannya??? Jangan ditanya. Udah girang sampe pengumumannya di screenshoot segala. Si kakak sampe bingung, apa-apaan sih bunda, pengumuman aja di screenshot. hahaha....

Secara, seumur-umur ikut lomba, baru kali ini namanya kepilih. Semoga saja milihnya nggak pakai kocokan ya. hehehe...

Eh, tapi pemenangnya emang dipilih tiap genre. Genre anak, remaja, misteri, dewasa. Masing-masing diambil satu.



Dari perjalanan ini saya belajar. Atau 'moral of story' nya adalah.... bahwa saya nggak boleh kepenginan. Liat ada yang sukses nulis novel remaja trus ikut-ikutan, liat ada yang nulis di sana sini trus pengen, pengen ini pengen itu banyak sekali. Trus lupa sama perjuangan belajar cerita anaknya.

Ya kalo yang udah pinter nulis sih, nggak apa-apa. Tapi saya...yang masih nak nuk nak nuk belajar ini nggak boleh cepet berpaling ke yang lain. Fokus aja...

Sampai sekarang, saya masih tetep duduk manis di group itu. Walaupun sekarang-sekarang udah nggak banyak diskusi. Tapi tetep...berasa di group itu, trus hawa-hawanya udah berasa kayak penulis beneran hahahaha....






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu