Langsung ke konten utama

5 Kesalahan Saat Berkunjung ke Monas


Sudah pernah berkunjung ke Monas?

Hayooo...siapa yang belum pernah datang ke sana?

Bagi warga Jakarta, kawasan monas mungkin sudah nggak asing lagi ya...Udah wara-wiri ngeliat, atau bahkan setiap minggu ke sana. Bagi para pendatang, rasanya nggak sah kalo pergi ke Jakarta nggak dateng ke Monas. Foto dengan latar belakang Monas, menjadi bukti bahwa kita pernah menginjak kota Jakarta.

Yang ngaku-ngaku udah dateng ke Jakarta, tapi nggak bisa nunjukin foto berlatar belakang Monas, bilangin aja itu hoax hahaha..

Saya sendiri, meskipun rumah kami cuma sekitar satu jam an dari Monas (Beneran cyiiin satu jam an??), tapi kami sendiri jarang pergi ke sana. Mungkin karena dekat itu ya, jadi berpikir rada panjang kalau mau jalan-jalan ke Monas. Bukan berarti belum pernah, cuma emang jarang jalan ke sana. Meskipun banyak orang yang bilang, bahwa Monas itu tempat nongkrong bareng keluarga yang asik dan murah meriah. Tapi ya, kalau niatnya nggak bulat cuma tinggal rencana.

Kemarin, kami sekeluarga iseng-iseng jalan ke sana. Nggak pake rencana, langsung cuss berangkat aja. Dan ternyata...aduh mami dijah.... kami semua udah rada-rada lupa gimana kondisi Monas. Walaupun rada remeng-remeng masih ingat-ingat lupa, tapi yang pasti monas telah berubah. Berubah total kayak abis operasi plastik.

Terakhir ke sana, penjaja makanan masih bebas berkeliaran di sekitaran Monumennya. Banyak sampah trus terlihat kumuh. Tapi saat kami ke sana kemarin, ternyata para pedagang itu sudah dikumpulin jadi satu tempat, yang bernama Lenggang Jakarta. Jadi ada area khusus untuk penjual gitu. Penjual makanan, minuman, souvenir, baju, semua pada ngumpul di sana. Area nya jadi teratur. Banyak petugas juga yang berjaga. Sampah-sampah sepi karena tempat sampah berjejer di mana-mana. Rapi dan terawat.

Satu hal yang nggak berubah dari Monas, jalan menuju Monumen dari parkirannya itu lho... masih jauuuuuh...harus siap-siap mental untuk bisa jalan kaki dengan selamat sampai Monumen.

Berhubung kemarin itu acaranya dadakan, trus kami juga udah lupa moment ke monas bertahun-tahun silam. Kami sempet merasa kesel juga,"Oh ya, Monas kan jalan kakinya harus jauh ya..." Secara, persiapannya cuma kaki doang nggak bawa bekal apa-apa. Harusnya beli jajanannya di Lenggang Jakarta ya, tapi entahlah...namanya juga dadakan dan lupa#ngeles

Karena kurangnya persiapan itu, membuat liburan kami rada-rada kurang sempurna (Jiaaah...liburan). Ada beberapa hal yang harus di inget dan dicatet di blog  ini  kali ya, siapa tau besok-besok kalau mau ke sana lagi biar ada persiapan gitu. Jadi biar gak kecewa kalau liburan ke sana lagi ( liburan lagi??).

Buat yang baru pertama ke sana mungkin, biar sekalian saya kasih tahu, kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang-orang (sebenernya kesalahan saya sendiri sih hahaha), jika berkunjung ke Monas. Kesalahannya apaaaaa?

Yuuuuk....simak....

1. Pakai sepatu atau sandal ber hak.

Udah saya ceritain di atas ya, bahwa jarak dari parkiran menuju monumennya itu nggak cuma sepelemparan botol bekas. Tapi lumayan.... Lumayan bikin betis berasa kayak di tindih emas 500 gram#lebay. Selain jarak parkirannya jauh, kalau kita berniat masuk ke Monumennya, naik tangganya pun panjang mengular. Ada liftnya, tapi kalau liftnya pas rusak gimana?

Kemaren waktu ke sana, saya ngeliat ada beberapa orang yang bawa-bawa sendal di tangannya, trus jalan tanpa alas kaki. Kebanyakan ibu-ibu yang sandalnya tinggi-tinggi. Pegeeel cyiiin...Muka-muka kusut abis nerima penjajahan dari sepatu ber hak tinggi sungguh jelas terlihat.

Jadi biar aman, nyaman, dan tetap tersenyum manis saat selfie, lebih baik pakai sepatu olah raga yang nyaman. Biar sekalian jogging:D

2. Nggak bawa makanan dan minuman

Seperti yang kemaren saya alami. Saya bener-bener nyesel pas masuk kawasan nggak bawa makanan sebiji pun. Harusnya, pas kami lagi jalan, atau lagi asik liatin kandang rusa sambil ayunan, bisa ngemil sepuasnya gitu...Tapi ternyata hampa. Karena minuman pun cuma bawa sebotol. Kalau mau beli berarti harus balik lagi ke kawasan Lenggang Jakarta, yang deket jalan masuk. Gempor maaak...jauhnya.... Akhirnya hanya duduk sambil menatap tanduk rusa yang bergoyang.

Tapi, ada beberapa orang yang saya lihat nampak begitu repot bawa-bawa makanan segambreng saat masuk wilayah Monas. Ini juga sebuah kesalahan, menurutku. Kalau niatnya cuma jalan aja nggak apa-apa, tapi kalau pengen masuk Monumennya.... Kamu harus tanggalkan barang bawaan yang bejibun gitu. Bukannya nggak boleh bawa, tapi dijaaah...ke Monas itu harus lewatin tangga tujuh turunan lho... #eh. Maksudnya, harus naik -naik tangga gitu...Lha kalau bawa makanannya segambreng, itu bakalan merepotkan. Jadi, bawalah makanan secukupnya saja. Yang penting nggak kelaperan:p

3   Nggak bawa pampers.

Waktu ngantri di toilet, seorang anak kecil tiba-tiba menangis kencang.

Karena apa?

Karena dia udah kebelet pipis, dan ternyata toiletnya masih ngantri panjang nggak putus-putus.
Jadi, bagi orang tua yang bawa anak ke Monas, saya sarankan untuk bawa pampers. Secara, toiletnya lumayan jauh. Dan kalau ngantre nya mengular naga panjangnya, bisa-bisa nggak tahan dan anaknya ngamuk-ngamuk. Jadi daripada bocahnya ngompol di celana mending bawa pampers buat pipis aja.

4. Pakai baju gerah

Saya nggak ngerti model baju dan bahan-bahan. Tapi pas di sana kemaren, saya liat ada ibu-ibu yang pakai baju kondangan trus kegerahan baunya ke mana-mana. Ke monas kan, termasuk wisata jalan ya...jadi sebaiknya pakai baju yang bisa nyerap keringat dan nggak berpotensi menimbulkan bau ketek.

5. Malas ngantri

Namanya juga tempat wisata murah meriah. Tiket masuk aja cuma 5000 buat yang dewasa, dan 2000 buat anak-anak. Jadi wajar kalau masuknya harus ngantri panjang. Kalau nggak mau ngantri mendingan menyingkir ke tempat wisata yang bayarnya sejuta satu orang.

Nggak cuma pas masuk aja ya...tapi pas mau naik kereta pun antri dan nunggunya lama. Jadi harus stok sabar banyak-banyak.

Di monas itu, ada kereta yang bisa mengantarkan kita dari jalan masuk menuju Monumennya. Keretanya hanya satu biji, trus yang ngantri banyak. Jadi kalau nggak mau ngantri mendingan jalan kaki aja biar sehat.

Nah...itu tuh, salahnya orang-orang kalau pergi ke Monas. Setelah baca tulisan ini, kamu mau mencoba ke Monas?

Tiap malam minggu ada pertunjukan air mancur menarinya kayak Air mancur Sri Baduga Purwakarta lho...

Ke Monas yuuuk...jangan lupa untuk tidak melakukan kesalahan lagi#eaaa






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu