Langsung ke konten utama

Tahun yang Tak Dirindukan


Tahun ini, benar-benar tahun yang tak dirindukan. Secara materi, sepanjang tahun isinya tentang planing tabungan melulu. Dan ironisnya, meskipun nabungnya kenceng, ternyata keperluan juga nggak kalah gesitnya nyamperin.

Dimulai dari harus pulang kampung di awal tahun, bayar daftar ulang sekolah, ketabrak lebaran, saudara-saudara datang ke rumah, bisnis yang bantet. Semua butuh biaya. Hiks..Sampai-sampai, bulan Mei yang harusnya ada jadwal buat jalan-jalan besar selama sekali dalam setahun pun gagal total. Melas emang...

Kadang saya mikir, jangan-jangan gagalnya piknik itu juga dipengaruhi sama blog. Dulu, waktu saya masih rajin nulis tentang jalan-jalan, sepertinya kesempatan untuk piknik itu membentang luas. Ke candi pun kita selalu hepi. Ke tempat-tempat yang nggak asik pun jadi asik karena ada tujuannya, ngisi blog. Tapi setelah malas-malasan nulis, semuanya jadi ikut berhenti.

Mungkin pepatah rajin pangkal pandai harus di ganti, rajin ngeblog pangkal piknik:D

Dari segi keuangan, tahun ini memang menjadi tahun yang tak dirindukan sama sekali. Tapi bukan berarti nggak ada kebahagian. Kebahagiaan ada sih...walaupun nggak komplit karena duit pas-pas an. hahahah

Kemarin, waktu lebaran, saya berkunjung ke salah seorang nenek ( masih sodara). Sebagai seorang yang lebih muda, tentu harus menyemangati yang lebih tua dong. Tentang menentramkan pikiran, tentang hidup yang harus di bawa santai karena nggak ada yang harus dipikin lagi karena anak cucu sudah memeiliki penghidupan yang lebih baik. Intinya, sudah tua hidup harus lebih hepi. Dan si nenek pun curhat. Bahwasannya, hidupnya selama ini hepi-hepi aja. Anak cucu nggak usah mikirin. Asal masih pegang duit tiap bulan, si nenek tetap akan merasa bahagia. Haahahaha

Saya yang waktu itu diajak ngomong, serasa dikasih kode buat buru-buru ngeluarin amplop:)

Meski tidak dirindukan secara materi, tapi tahun ini memberikan kado istimewa untuk saya. Melihat bapak dan emak yang makin meningkat ibadahnya, makin sabar hatinya, dan makin banyak rejekinya, itu sudah Alhamdulillah.

Mudah-mudahan tahun depan menjadi tahun yang dirindukan. Dirindukan, bukan karena hal-hal istimewa mewarnainya. Tapi juga masalah keuangan kembali seperti tahun sebelumnnya bahkan kalau bisa lebih.

Ngomong-ngomong, ini kan masih bulan juli, kenapa udah ngomongin tahun depan??

Jawabannya simpel...nungguin uang bonusan. Hahahaha...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu