Langsung ke konten utama

Nggak Mau Nyanyi Garuda Pancasila


Keluarga suami termasuk keluarga baik-baik. Maksudnya baik-baik itu, segala tindak tanduk semua harus sopan. Sopan ngomong sama orang yang lebih tua, nggak boleh ngomong kasar, nggak boleh mengumpat apalagi berkata-kata jorok. Makanya, meskipun saya nggak tinggal dekat dengan keluarga ayahnya, saya tetap ngajari anak untuk ngomong sopan. Biar kalau pulang kampung, omongannya tetep kalem kayak emaknya( ehem...). Kan nggak lucu ya, kalau pas pulang kampung anakku ngomong eloh eloh guweh sama mbah-mbahnya. Malu dong sayanya.... meskipun tinggalnya di kota tetap perilaku harus desa#ini prinsip. Apalagi kalau sudah menyangkut urusan kesopanan. Warga desa tempat saya dan suami dilahirkan kayaknya udah top kesopanannya. Jadi nggak perlu dihilangkan dari dalam diri ini(uhuk)

Itu sebabnya, dari keciiiiiil banget, bocah udah kuajari ngomong sopan. Kalau ada anak yang main ke rumah, trus ngomong jorok, kasar, biasanya saya tegur. Apalagi kalau ngomongnya pakai adegan lirikan mata tajam sambil mulutnya monyong-monyong kayak nenek lampir, mirip adegan-adegan sinetron ibu tiri jahat, pasti sudah ku semprit.

Biasanya, anak-anak itu sering banget niru adegan di sinetron-sinetron yang ngomongnya jahat gitu. Tapi nggak semua anak juga sih, ada anak yang ngomongnya masih lempeng aja. Saya paling sebel kalau ada anak kecil yang ngomongnya pakai eloh eloh gueh. Bukannya kenapa kenapa sih, kadang ngomong eloh guehnya itu lho....lebayun banget. Jadinya kesannya gimanaaaa gitu...

Nah, waktu si kakak masih TK, ceritanya dia disuruh nyanyi sama ibu gurunya di depan kelas. dengan bangga dan berani, doi berdiri di depan teman-temannya. Lalu ibu gurunya ngasih aba-aba untuk nyanyi Garuda Pancasila. Lirik lagunya kebetulan dia sudah hafal. Tapi saat sampai lirik, Patriot proklamasi, Sedia berkorban untukmu... 

Kemudian dia diem. Coba dibantuin ibu gurunya, tapi tetep dia nggak mau lanjutin nyanyi. Sampai kemudian ibu gurunya nyamperin trus nanya,

"Shasha lupa liriknya, ya?" kata Bu gurunya.

Dia menggeleng.

"Trus, kenapa nggak lanjutin nyanyinya?"

"Kata Bunda, aku nggak boleh ngomong dasar, nggak sopan!" Bocahnya menunduk lesu.

Spontan ibu gurunya tertawa. waktu cerita ke saya pun gurunya masih senyum-senyum. Dia tetep nggak mau nyanyi Garuda Pancasila sebelum saya bilang boleh ngomong dasar. Karena waktu itu, memang anak-anak lagi seneng ngumpat dengan kata " Dasar ". Jadi dia kularang untuk ikut-ikutan.

Pernah saya lihat anak-anak kecil lagi main, trus diantara mereka ada yang ngomong, "Dasar lo...! Bego!" Aih....kedengarannya jadi gimanaaaaa gitu lho...Anak-anak kecil seumuran anak TK ngomongnya seperti itu.

Sampai sekarang pun saya juga nggak berani ngomong kasar seperti itu. Sekesel-keselnya saya, nggak berani ngucapin kalimat itu. Takut tiba-tiba berubah jadi batu. Apalagi, kalau udah keluar pakai kerudung. Ngomong bego, goblok, tolol, dan sebangsanya itu kok kayak nggak pernah makan kurma ya#eh

Sampai sekarang anakku masih ragu-ragu kalau mau nyanyi Garuda Pancasila. Apalagi kalau pas mau ngucapin, Pancasila dasar negara.... Pasti dia mikir-mikir dulu. Atau kalau nggak kepepet banget, ya nggak mau nyanyi lagu Garuda Pancasila. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu