Langsung ke konten utama

Tentang Sarapan


Waktu kecil, saya rajin banget sarapan. Menu sarapan favorit saya adalah indomie rebus campur telor campur daun katuk yang dipetik dari depan rumah. Kalau sarapan pakai menu itu, sudah dipastikan habis semangkok sampai kuahnya tak tersisa. Hmm yummy...

Indomie telur sayur kangkung

Makin beranjak gede, tinggal di kost-kostan, saya jadi jarang sarapan. Berhubung uang saku nggak cukup untuk makan tiga kali sehari, jadinya kalau sarapan berarti nggak makan siang dan kalau makan siang berarti nggak sarapan. Sarapan jadinya nggak mesti, lagian juga kalau sarapan takut badan jadi gendut.

Waktu kuliah, teman sekamar selalu membujuk saya untuk sarapan. Jadinya mau nggak mau ya sarapan. Ketika menikah dan punya anak...entahlah, saya nggak bisa jawab. Karena saya hampir sama sekali nggak pernah ngerasa sarapan pagi-pagi. Kalau negemil sih, mungkin iya(eh, tapi itu bukan sarapan kan?)

Kalau orang di rumah, sebenernya saya wajibkan semua untuk sarapan. Sebelum berangkat kerja, sebelum sekolah, semua harus sarapan. Sarapannya harus nasi. Walaupun cuma secuil, tetap nasi harus masuk.

Nah, sekitar sebulan yang lalu pangeran abal-abal merasa berat badannya udah nggak sehat lagi. Jadilah doi kepengen diet. Nyari-nyari diet yang cocok, sampai akhirnya ketemu sama sebuah program diet yang nggak ada sarapannya.

Makannya cuma kalau siang dari jam 12.00 siang sampai jam 06.00 sore. Lebih dari itu puasa, cuma minum air putih saja. Dengan sangat antusias doi memulai dietnya. Seminggu dua minggu berhasil. Meskipun kadang suka kejer-kejer ngadu lapar.

Sayangnya, setelah tiga minggu doi diet kerjaannya membludak. Mau nggak mau doi harus pulang malam terus. Sampai kerjaannya numpuk-numpuk kayak lapisan wafer. Dan namanya juga badan, kalau energinya dipakai, lambat laun pasti minta di cas. Di casnya pakai apa? ya pasti pakai makanan dong...

Kalau malam doi ngeluh lapar, udah minum air putih tetap nggak kenyang, makan buah malah makin lapar. Trus doi nyerah, malam-malam makan indomie telor, kadang makan nasi, makan roti, makan biskuit, baru bisa tidur. Ciyan deh!

Semingguan yang lalu doi sakit, sakit perut katanya. Udah dicek ke dokter ternyata nggak ada masalah. Sampai empat kali berobat tetap belum nemu sakitnya apa. Sampai akhirnya dia bilang sendiri kalau dia maag. Hah maag?

Dalam sejarah...seumur-umur, jadi suamiku baru sekarang dia kena sakit maag. Makanan nggak pernah kelewat, malah istrinya yang cantik jelita ini selalu menyediakan makanan setiap saat, lha kok bisa sakit maag?

Reputasi saya sebahgai istri tcrcoreng deh...apalagi tiap nelp pulang, emak-emak di rumah selalu nanya,

"Emang makannya nggak  teratur? emang jarang masak? emang nggak diurusin?"

Nah, ini nih yang bikin saya jadi ghemez. Akhirnya, sayapun nanya-nanya juga ke embah. Katanya, makan nggak teratur itu justru berbahaya. Yang baik untuk diet itu sebenernya ngurangin porsi makan. Dalam arti, jam makan tetap tapi dengan porsi yang lebih sedikit dari biasanya. Lebih banyak makan sayuran berserat dan minum air putih.

Itulah kenapa puasa justru menghindari penyakit maag. Karena makannya teratur, saat buka dan saat sahur. Walaupun seharian nggak makan, menurut para ahli nggak akan menimbulkan maag.

Trus hikmah (jiaaah) yang dipetik dari cerita ini apa?

1. Sarapan itu penting.

Nggak peduli apapun sarapannya, sarapan itu penting dan harus. Entah sarapan buah, nasi, susu atau roti. Sarapan dengan porsi yang cukup akan membuat kita jadi lebih semangat lho...coba aja pagi-pagi mandi trus langsung kerja, jam 12 baru makan. Di jamin konsentrasimu akan berkurang karena dengerin bunyi perut. Kalau nggak mau gendut, ya sarapan aja buah.

2. Makan harus teratur.

Makan ternyata juga harus rutin dan teratur jam nya. Jangan sekarang makan pagi jam 7 besok jam 10, besoknya jam 9. kalau makan nggak teratur itu, jadinya malah sakit maag. Iyalah, harusnya makan malah nggak makan, harusnya nggak makan malah makan.

3. Jangan asal-salan diet

Pelajari dulu konsep dietnya, semakin banyak belajar semakin kita tau dan bisa memilih dan memilah diet mana yang cocok untuk kita. Contoh, dietnya nyuruh kita makan sesendok nasi sehari, padahal kerjanya ngangkatin batu kali 8 truk sehari, ya tepar lah...

Dan satu lagi, kalau suaminya punya penyakit maag, jangan langsung nuduh istrinya malas masak...#mlipir

Eh, satu lagi ding, buat suamiku...

"Tak peduli berapa berat badanmu nanti...kau tetap yang ter muaaaah di hati..."




Komentar

  1. Samaaa dulu pas jamannya ngekos, makan suka2...soalnya klo di rumah terkontrol ortu, lepas mandiri jadi aneh2...kadang aku malah pingin diet juga hihi
    Tapi sejak nikah, pola makan, khususnya sarapan digiatin lagi, klo ga kena omel misua

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu