Langsung ke konten utama

Dua Ratus Rupiah mah, keciiiil....!


Senin pagi, nggak tau kenapa tiba-tiba saya nyangkut di Metro tv. Padahal, biasanya saya males banget nonton di sana. Selain pembawa beritanya kurang bawel, juga karena channel metro tv di rumah kemresek, burem-burem nggak jelas. Kadang malah mati idup mati idup. Lebih seringnya nonton berita byar pet, jadinya berita yang didengar pun hanya sepotong-sepotong. Tambah bikin males.

Nah pagi itu, topik yang dibahasnya tentang kantong plastik. Udah denger di channel sebelah, tapi nggak gitu jelas.

Jadi intinya...sejak hari sabtu yang lalu kantong plastik harus beli kalau kita belanja. Customer boleh pakai kantong boleh nggak. Dengan harapan, penggunaan kantong plastik jadi lebih sedikit. Karena katanya nih, indonesia sebagai penyumbang kantong plastik ke laut terbesar ke 2 di dunia.

Duh...rekor...

Plastik-plastik di rumah


Nah, kemarin itu pas belanja saya ditawarin juga sama mbak kasirnya,

"Pakai kantong plastik nggak, bu?"

"engg..." Saya diam sebentar.

"Kalau pakai, harus bayar 200 rupiah per kantong" Mbak kasirnya nunjuk pengumuman di meja depan kasir.

Liat ke parkiran sambil mikir-mikir, "bisa bawa nggak ya?". secara saya belum punya persiapan apa-apa, bingung juga karena sendirian, nggak bawa kantong dan bagasi motor lagi penuh

Kalau dipikir-pikir cuma 200 rupiah. Recehan 200 rupiah sama mbak-mbak kasirnya kadang juga diminta lagi sambil bilang, "recehnya disumbangin ya?"

 Akhirnya saya milih beli kantongnya. Meski sampai di parkiran saya jadi ngerasa bersalah.

Di metro tv kemaren, seorang penelepon memberi masukan. Kalau kantong plastik harus beli, doi nggak yakin kebijakan pengurangan sampah itu akan berhasil. Pasalnya,  liat gaya masyarakat Indonesia (sambil ngaca), kok nggak yakin mereka nggak akan beli dengan harga hanya 200 rupiah?.

"Jadi, sebaiknya harus bagaimana?" tanya hostnya.

"Jadi lebih baik pabrik kantong plastik ditutup saja." Begitu kata si penelepon.

Saya langsung nelen ludah. Ngebayangin, kalau pabrik plastik ditutup, bukan tidak mungkin karyawannya bakalan ngamuk-ngamuk ke komnas HAM minta keadilan. Cuma gara-gara kebijakan kayak gitu bisa bikin mereka kena phk. Pengangguran bertambah, Jokowi lagi yang disalahkan. Jokowi...oh Jokowi...

Jujur, saya nggak setuju kalau pabrik plastik itu harus ditutup. Saya lebih setuju kalau pabriknya beralih fungsi jadi pabrik rotan. lho?

Iya, semua kantongnya dibuat dari rotan, atau bambu, atau rumput, atau eceng gondok.

Perkara nanti petani padi beralih nanem rumput itu dipikirin nanti aja hahaha...Kalau lebih menguntungkan kenapa nggak?

Kembali ke masalah saya beli kantong plastik.

Saya jadi ingat, ketika saya belanja ke salah satu swalayan besar dan di situ tidak menyediakan kantong plastik gratis saya jadi ribet banget.

"Mbak, emang nggak punya kantong plastik ya?"

"Punya, bu...tapi harus beli dulu"

"Beli kantong plastik berapa?" Saya tanya ke mbak kasirnya.

"3 ribu, bu"

Glek. Saya nelen ludah. Ngebayangin uang 3000 bisa buat beli teh botolan dingin#mulaipelit

"Mbak, keranjangnya boleh dibawa ke parkiran nggak?" Tanyaku sambil ngelirik mobil nan jauh di pinggir parkiran.

"Boleeeeh"

lega...

Saya pun mengurungkan niat untuk membeli kantong plastik, lebih memilih mengganti posisi parkir mobil yang....kalau dipikir-pikir ribet juga. Tapi demi teh botol tak apalah....

Waktu itu pikiran saya sederhana, menghemat uang 3 rb ala emak-emak perhitungan. Nggak sampai mikir jauh tentang penyumbang plastik no 2 di dunia, tentang go green, tentang nggak bisa diccrna bumi, tentang apalah-apalah yang berhubungan dengan pengelolaan sampah, pikiran saya cuma duit#matrebiarin

Nah, kalau sekarang pakai plastik cuma beli 200 rupiah, itu mah kecil...!

Seperti yang saya bilang tadi, biasanya mbak-mbak kasir nggak akan kembaliin uang 200 rupiah ke kita. Betul nggak...? Biasanya, mbak-mbak kasir akan minta lagi buat sumbangan. Kesannya, saya kayak nggak mau nyumbang ya...

Bukan...bukan karena itu. Pertanyaan adalah...kalau mau nyumbang kenapa harus duit receh? Kenapa nggak pakai uang utuh? #mulaipencitraan

Pernah suatu hari, saya tanya juga ke mbak kasirnya.

"Mbak, emang recehnya disumbangin kemana?"

Mbak kasirnya jawab,

"Ke panti asuhan"

"Panti asuhan apa, mana?"

Mbak kasirnya senyum.

"Saya nggak tau ya, bu...atasan saya cuma bilang mau disumbangin ke panti asuhan"

Mendengar jawabannya, saya kecewa berat! Bukannya mau cari ribut ya, tapi kalau emang niat nyumbang kasih aja langsung ke orang-orang di sekitar yang kurang mampu. Dan tentu saja nggak pakai uang recehan.

Iya kalau beneran disumbangin ke panti asuhan, kalau buat beli bom trus buat ngebom orang gimana? eh, kok malah ngomongin sumbangan sih...

Kembali ke kantong plastik.

kalau menurut emak-emak perhitungan yang kadang kelewat pelit kalau tanggal tua ini, lebih baik harga plastik di mahalin kayak harga bbm. Atau...pabrik plastiknya berubah jadi pabrik kantong ramah lingkungan aja.

Eh, tapi...kalau kantong plastik dimahalin, takutnya ada yang ngamuk,

"Tuh...liat presiden pilihan kamu! Jangankan beras, kantong plastik aja harganya dinaikin..."

#eaaaaaaaa

Tapi...mau dimahalin kek, mau pabriknya ditutup, mau bagaimana bagaimana, yang penting kita dukung aja langkah kecil tapi baik ini. Toh, kalau buminya bersih dan sehat, anak cucu kita juga yang nikmati (ngomelin diri sendiri).

Jadi mulai sekarang, bawa kantong plastik ke mana-mana di dompet. Jangan pas naik bis aja nyelipin kantong plastik di dompet:)










Komentar

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu