Langsung ke konten utama

Memotivasi Dengan Cara Yang Baik


Kalau bisa memotivasi dengan kata kata yang positif kenapa harus memotivasi dengan cara negatif ?

Kadang kala saya mendengar seseorang dengan bangganya bilang, kalau dia baru saja memotifasi orang dengan cara "mengecilkannya". Atau bisa saya katakan melecehkan kemampuan orang yang di motifasi.

Maksudnya apaan nih ?

Misalnya, begini....

Dalam kehidupan kita sehari hari, kadang ada masa masa kita butuh suntikan motifasi dari orang orang terdekat, ataupun teman, atau kenalan, atau saudara yang lain. Dan nggak jarang juga saya dengar, ada yang memotifasi dengan kata yang baik dan ada juga yang memotifasi dengan kata buruk.

Contoh :

"Ayo...kamu pasti bisa nembus media itu. Teruslah berusaha. Dan jangan sungkan untuk bertanya jika tidak mengerti"

Ini adalah contoh motivasi yang positif. Kenapa saya mengatakan ini motivasi positif? Karena di kata kata ini mendorong saya atau seseorang untuk berusaha lebih keras lagi.
Jika kata kata itu ditujukan kepada saya, hal yang pertama kali saya rasakan adalah perasaan bahagia, aman, nyaman, tenang. Selanjutnya, saya akan ngebut nulis, ngebut belajar, ngebut kirim tulisan ke media. Saya tidak mau mengecewakan orang lain. Saya akan buktikan bahwa saya bisa melakukannya. Dan saya akan buktikan itu!

Nah, contoh kata motivasi yang kedua:

"Halah, tulisan jelek seperti ini mana bisa nembus media. Jangankan nembus media, lha wong nulis di blog aja nggak ada yang baca"

Hal pertama yang saya rasakan adalah kecewa, sedih, marah, sakit hati, dendam. Kemudian saya akan ngebut nulis, ngebut belajar, ngebut kirim ke media. Dengan tujuan ingin membuktikan bahwa apa yang dia katakan itu salah. Saya akan buktikan itu!


Keduanya memiliki peran sama, yaitu memotivasi. Tapi jika dilihat lebih dalam lagi, kedua cara memotivasi itu sangatlah berbada. kalimat pertama membuat orang bahagia dan dengan sedirinya dia kan melakukan hal hal yang positif. Sedangkan cara yang kedua membuat orang marah, sakit hati, dan sangat sangat berambisi. Tapi ambisi di sini auranya sanyat negatif# haluwah kayak paranormal aja yak

Sama kayak ketika saya disodorin sebuah gambar sama Shasha. Padahal gambarnya jauh banget dari nilai baik alias amburadul tapi saya bilang,

"Gambarnya bagus kak....coba gunungnya jangan warna pink tapi hijau. Daunnya juga nggak berwarna biru, tapi hijau. Pasti lebih bagus lagi kayak daun beneran."

Kata kata ini jika didengar anak anak bahkan orang dewasa  pasti akan merasa bahagia. Mereka semangat untuk bisa memperbaikinya.

Coba saja kalau pas saya disodorin gambarnya yang jelek itu trus saya bilang,


"Halah, dari dulu kamu tuh emang nggak bisa gambar. Masak gunung pink? Mana ada gunung pink?"

Sudah tak jamin...nggak dewasa nggak anak anak, kalau denger kalimat itu pasti akan ngambek. Atau malah makin semangat buat gambar yang lebih bagus, tapi kemudian nggak berani untuk menampilkannya. alias diumpetin. Takut dikritik lagi, takut dibilang jelek. Anak anak mana tahu kalau kritik itu membangun#eaaaa..

Saya malah sering sekali mendengar kritikan kritikan beraura negatif seperti itu. Sering banget yang mampir ke telinga. Bahkan ada yang sampai membuat sakit hati. Dan sakit hatinya itu di pendam terus meski sudah bertahun tahun berlalu. Menyedihkan ya...
.
Dan sering juga saya mendengar orang berkata seperti ini,

"Biarin aja....tak hina habis habisan biar dia tergerak untuk maju"

Memang benar, orang akan lebih cepat sukses kalau dihina. Katanya sih, seperti itu. Tapi tidakkah disadari bahwa ketika dihina seseorang akan menyimpan hinaan itu sepanjang tahun bahkan ada yang sepanjang umur. Betapa kasihannya jika seumur hidup seseorang menyimpan kata kata buruk di dadanya. 

Makanya, mulai dari sekarang, dimulai dari diri sendiri, dan dari hal hal yang paling kecil sekalipun, sebisa mungkin motivasi negatif itu saya hindari. Kalau bisa berkata baik kenapa harus berkata yang baruk. Meskipun tujuannya sama demi kebaikan, alangkah baiknya jika kita berkata yang baik saja.

Ah, jadi mbuletttt.....yo wis, pokoknya gitu deh...




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut ...

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu...

Menghitung

Beberapa hari ini jadwal magrib di Mexico berubah. Yang tadinya jam tujuh lebih, hampir setengah delapan, sekarang jadi jam tujuh kurang. Perubahan waktu yang lumayan itu adalah sesuatu yang sesuatu banget. Sudah mulai beradaptasi dengan jadwal sebelumnya, eh, jadwalnya berubah lagi. Beberapa hari ini, tiap adzan magrib datang aku masih dalam kondisi di tengah goreng ikan, masak sambel, rebus sayur. Trus sering mengutuk diri sendiri. Seharian udah pontang panting nggak istirahat, giliran magrib datang belum selesai juga. Akhirnya mood-ku jadi buruk, trus senggol bacok. Kesenggol dikit pengen ngebacok orang. Hahaha Beberapa hari ini, aku emang sengaja ngurangin nyimak kajian buat beres-beres rumah. Ku pikir, setelah rumahnnya bersih, besok besok aku jadi lebih ringan buat beresinnya. Ternyata dugaanku salah. Seharian beresin rumah, besoknya tetep aja rumah berantakan. Apalagi cucian piring yang berasa beranak pinak nggak pernah ada habisnya. Magrib -magrib masih masak nggak selesai juga...