Langsung ke konten utama

Sakit Demam # season 1


Tik.....tik...tik....bunyi hujan, di atas genting
airnya turun, tidak terkira
cobalah tengok, dahan dan ranting
pohon dan kebun basah semua.......


Suara saya serak, lemah, lesu, tak bertenaga. Kalau saja saya sempat melihat kaca, mungkin mata juga terlihat sembab kurang tidur. 
Bukan karena kebanyakan posting di blog. Bukan juga karena saya baca novel sampai jam 2 pagi. Tapi karena di rumah sedang  "panen raya". Bukan panen padi lho ya....ini "panen" sakit.

Pagi itu, saat nyanyi tik tik bunyi hujan......saya lagi gendong Bira. Si kecil yang baru berumur 24 bulan itu mulai panas lagi badannya. Udara dingin, hujan pun enggan berhenti. Kadang ngajakin angin mampir. Kadang sendirian membawa hujan tik tik nya.....

Sudah 3 hari tiga malam hujan tidak berhenti. Udara dingiiiin banget.....
Stok makanan di rumah sudah mulai menipis. Mau keluar, anak anak nggak mau ditinggal. 
Jadilah makan seadanya.....lauk telor dadar, kadang orek telor, kadang telor direbus. Asal punya telor masih aman.

Cemilannya ? 

Nggak usah khawatir, asal masih punya telor sama tepung masih bisa ngemil. Jadi, spesial untuk ayam saya ucapkan terima kasih karena sudah bersedia bertelor. Untuk tukang sayur yang sudah menjualnya. Dan telor itu sendiri yang bersedia duduk manis di dalam kulkas saya meskipun udara di luar sangat dingin.
Dan satu lagi, Puji syukur untuk Allah yang masih memberikan kesehatan untuk bunda. Asal masih punya bunda yang sehat segalanya jadi mudah.

Akhir akhir ini, bira sering sakit perut dan panas. Panasnya sebenernya hanya berkisar antara 37-38 nggak lebih. Tapi yang meresahkan adalah, sakit perutnya itu. Hampir tiap hari mengeluh sakit perut. Dan kalau sudah sakit perut, dia pasti guling guling nggak karuan. Nggak bisa diajak ngomong. Dipegang nggak mau, ditanyain cuek. 

Biasanya bira kalau panas itu pasti ngebet panasss terusss... Dan panasnya juga berada di level tinggi. Sampai 39 lebih. Kalau udah gitu, biasanya kita tunggu sampai tiga hari baru ke dokter. Pasalnya, kalau sebelum tiga hari sudah ke dokter bakalan percuma. Biasanya nanti di hari ke tiga panas pasti disuruh balik lagi untuk cek darah. Dikhawatirkan kena tipus atau demam berdarah.
Tipus dan Demam berdarah baru bisa diketahui setelah demam tiga hari.  Jadi kalau belum tiga hari nggak usah panik dulu. Asal tidak ada gejala lain yang mengkhawatirkan seperti sesak nafas, kejang, muntah, ataupun diare.


Yang jadi masalahnya adalah , Bira ini panas nya disertai sakit perut. Membingungkan memang. Tapi saya punya feeling nggak enak. Beruntung, ketika hari jumat kemarin panasnya tinggi dan nggak mau turun meskipun dikasih obat penurun panas.
Malamnya, malah sampai 40 dan turun hanya berkisar 38 . Dikompres pun sudah nggak mempan lagi.

lho.....kok malah saya bilang beruntung ?

Ya, karena demam itu sudah saya anggap sebagai asisten pribadi saya ( ups.....)
Kalau anak saya lagi terjadi sesuatu di dalam tubuhnya, demam lah yang kasih tau saya.

Makanya, kalau masih sekitar 37 masih belum saya kasih obat. Saya tunggu dulu, kira kira bakalan naik nggak suhunya.......
Kalu ternyata naik, kira kira sampai berapa.... Biasanya, ini juga ditentukan sama jenis penyakitnya. Kalau mencapai 40 dan dua atau tiga hari nggak turun berarti penyakitnya memang ganas. Entah itu tipes atau demam berdarah. Ganas ini bahasa saya sendiri. Karena duo penyakit itu memang memerlukan opname atau perawatan yang njlimet bagi ibu rumah tangga dua orang anak ini...

Kalau panasnya masih sekitar 38, itu berarti masih bisa bernafas lega. Nggak perlu bolak balik ngecek buku tabungan. Eaaa........






Akhirnya, Sabtu pagi kami memutuskan pergi ke dokter. Bira ini kalau sakit harus ke dokter spesialis. Ke dokter umum nggak mempan. Kebetulan kakaknya juga lagi sakit.
Kakaknya sudah dua hari mengeluh sakit perut, mual , kedinginan, demam.
Demamnya nggak terlalu tinggi. Hanya 38 nggak lebih. Shasha emang jarang panas tinggi. Nggak seperti adeknya yang langganan panas.

Sampai di rumah sakit dan ketemu sama dokternya, seperti yang sudah ku duga sebelumnya. Hari ke tiga  di suruh balik lagi kalau masih panas.
Bira malah di minta untuk cek urin segala.
hadewh........ 

Kalau kakaknya sudah ketauan kalau penyebab sakitnya itu kemungkinan amandel. Soalnya, pas dilihat rongga mulutnya terlihat tonsilnya membengkak gede hampir menutupi tenggorokan.
Obatnya sederhana,  makan makanan yang sehat. No msg, no gula gula.... lebih baik kalau mau yang tawar semacam sayuran rebus. Nggak boleh jajan sebarangan. Bila perlu makan makanan dari rumah. Emaknya langsung klepek klepek. Tugas emaknya makin berat saja nih.....

Oke deh, mak....... Nggak usah panik !! Ceritanya terpaksa saya putus dulu. Anakku sudah mulai bangun. hehehe.....





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu