Pangeran Medit



" Suamiku sering marah marah kalau aku beli baju baru....." Kata Ita, ibu rumah tangga dua orang anak.

" Kemaren suamiku juga ngomel gara gara aku beli jam tangan baru. Katanya, jam tangan itu terlalu mahal harganya. Padahal, aku kepengen banget lho....." Lapor Rindu, ibu rumah tangga yang sudah 10 tahun menikah.

" Kalau mau beli buku, aku harus ngumpulin recehan dulu. Nabung. Nggak bisa langsug beli begitu saja. " Kata Rara si maniak buku.


Dari cuplikan cuplikan di atas, kita pasti sudah tau apa pekerjaan mereka sehari hari. Ngurus rumah, ngurus anak, ngurus suami, antar jemput anak, tukang bayar bayar, nyapu, ngepel......ironisnya, semua pekerjaan itu nggak ada yang bisa menghasilkan uang. Alias gratisan. Semua yang di lakukan istri itu tidak dihargai dengan jumlah nominal.

Padahal, mereka juga manusia biasa yang punya kebutuhan pribadi. Kebutuhan untuk diri mereka sendiri. Yang pastinya, kadang juga membutuhkan uang. Nah....kalau sudah begitu, kemana lagi mereka akan meminta kalau nggak sama suaminya.


Beruntunglah bagi mereka yang berjodoh dengan lelaki kaya, baik hati, tidak sombong , dan suka menabung.
Tidak pelit memberikan uang ke istrinya.
Sayangnya, ada beberapa istri yang memiliki suami  pelit, tulalit dan medit....
Setiap istri minta dibelikan sesuatu, sang suami sewot, mencaci maki, tak jarang malah merendahkan istri.


Kalau sudah begitu, istri sakit hati, kecewa. Mau marah takut ditinggal kawin lagi. Mau kerja, seorang istri pasti sudah memperhitungkan dengan jeli bagaimana anaknya nanti?

Nah, trus sebenernya saya itu mau cerita apa?

Sebenernya, saya mau cerita kalau beberapa waktu yang lalu saya dan suami pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dekat rumah. Rencananya, kami cuma mau beli jaket suamiku dan sandal buat Bira. Sampai di tujuan, langsung deh kami ke stand jaket. Dan nggak butuh waktu lama untuk nemu jaket yang diinginkannya. Abis bayar jaket kami langsung menuju ke stand sandal dan sepatu.

Nah, di sinilah biasanya tempat paling meyebalkan bagi seseorang yang awalnya nggak pengen belanja, malah justru ketemu sama barang yang menarik mata.
Dan ternyata, kamulah ibu ibu yang suaminya pelit itu. hahahaha......

Setelah ngobrak abrik sepatu untuk bira dan nggak nemu yang cocok di kakinya, saya memutuskan pindah ke stand sepatu dewasa dan nyoba beberapa pasang sepatu.
Bentuk bentuknya lucu dan nyaman di kaki.
Padahal, saya nggak niat beli, hanya iseng nyoba. Tapi ketika suamiku liat pake sepatu itu dia langsung bilang,

" cocok....cocok....." Katanya tersenyum sambil ngacungin jempol.

Saya belum yakin itu sebuah sinyal menyuruh saya beli. Bisa jadi, dia cuma bilang cocok begitu doang kan...nggak bermaksud apa apa hanya untuk menjaga perasaan saya.
Hati saya ragu. Di sisi lain, saya sudah lama pengen beli sepatu yang mahal. Yang nggak sakit kalau dibawa jalan jauh.
Di sisi lain, suamiku masih pengen beli tas baru. Sedangkan kami, nggak mungkin beli dua duanya bersamaan. Harus satu satu dulu. Dan itu berarti harus ada yang mengalah.

Saya lepas sepatu itu kembali. Sambil nutup mata, saya balikin sepatu itu di rak seperti semula. Dari kejauhan, saya masih ngintipin tuh sepatu sambil nyari sepatu Bira.


Setelah nemu sepatu bira, saya mulai mikirin sepatu itu lagi. Saya udah kadung jatuh cinta pada pandangan pertama. 
Sampai saatnya kami berada di depan kasir mau bayar, suamiku nanya...

" lho...sepatu bunda tadi mana ?"

Saya menunduk lesu. Tidak menjawab.

" udah.......ambil aja, ayah nggak jadi beli tas sekarang. Uangnya buat beli sepatu bunda aja......"

haaaaaah........???

Clegukk...Saya hampir terpental jauh mendengar ucapannya itu.
Tapi saya tidak serta merta berlari mengambil sepatu cantik yang dari tadi saya lirikin. Saya malah justru berfikir, kalau saya terlalu egois. Dia nggak jadi beli tas malah saya beli sepatu. Di rumah padahal masih ada sepatu. Meskipun kadang sakit dipakai jalan jauh karena memang sepatu murahan. Sedangkan dia nggak punya tas. Tasnya sudah rusak.

Oh.......tapi keinginan saya untuk memiliki sepatu itu sudah menggebu gebu. Ambil nggak.....ambil nggak ....???? *saya ngitung kancing baju si mbak kasir*

Setelah saya didorong meringsek maju ke barisan tiga dari  antrian depan, nyali saya menciut.
Ah...mungkin memang bukan rejeki saya ya.....kalau bulan depan saya balik lagi kesini dan ternyata udah nggak ada lagi.

Dan mungkin, memang sudah menjadi rejeki saya kalau sepatu pink silver itu berhasil saya bawa pulang malam ini juga.


Saya suka wana silvernya


Waktu berjalan menuju parkiran, saya tersenyum sambil menenteng jaket baru ayah, sepatu Bira dan sepatu bling bling silver pink yang tadi sempat menyita pikiranku.

Dalam hati, saya merasa bahwa suamiku tidak pernah berubah. Dari dulu sampai sekarang selalu begitu. Masih suka mengalah dan rela berkorban demi keluarga.

Hari ini, pernikahan kami berada di angka 8. Itu artinya, sudah delapan tahun  kami sama sama menjadi bagian satu sama lain. Saling melengkapi. 

Ada yang ngalah ada yang ngotot. 
Ada yang selalu bikin salah, ada yang selalu siap memaafkan.
Ada yang loadingnya lama, ada yang telaten menjelaskan.
Ada yang suka bikin berantakan ada yang pandai rapi rapi
Tapi tetep......
Yang satu cantik yang satu lagi ganteng.......hahaha....

Happy Aniversary.....Semoga keluarga kecil kami menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Amin

Semoga curhatan para ibu diatas tadi, tidak pernah saya alami nanti ketika usia pernikahan sudah mencapai puluhan atau lebih.
  
Terima kasih ya, yah.....sepatu barunya. Sebenernya, bukan  hanya karena sepatunya. Tapi ceritanya yang bisa dipakai untuk posting blog hari ini. #lhooo..........



Komentar

Postingan Populer