Langsung ke konten utama

Menulis.....menulislah.....!

Sudah hampir 4 tahun, rasanya saya mulai tertarik ikut group penulisan di facebook. Meng_add para penulis hebat, membaca trik dan tips yang di bagikan mereka untuk mencapai cita cita menjadi penulis beken. Kadang, tips mereka seperti sudah "basi " di telinga. Penulis satu dengan penulis lain memiliki trik jitu yang hampir sama untuk menghasilkan tulisan.
Sayangnya, sampai sekarang, jangankan mengirim tulisan ke media, menyelesaikan novel remaja yang hanya di patok 100 halaman pun saya belum bisa. cerpen hanya jadi separuh, tinggal. novel hanya sampai halaman 30, mentok sudah tak bisa di lanjutkan. Begitulah....sampai banyak sekali ide ide yang saya tulis di sebuah folder menguap begitu saja. Tidak ada kelanjutannya. Jadi, apa sebenarnya yang salah?
saya kemudian berpikir sejenak. Lebih tepatnya, merenung. Permasalahan yang terjadi dalam diri saya sebenarnya sama dengan para penulis pemula yang lain. Kurang waktu. Terlalu sibuk. Tidak ada ide yang cemerlang dsb.

Tiga hari yang lalu, salah satu sahabat lama saya akhirnya hadir kembali. Menanyakan kabar. Sambil berdiskusi tentang pencapain karir masing masing. Dan ternyata, saya merasa bahwa saya sekarang ini berada di titik nol. Jauh tertinggal dengan teman teman saya seperjuangan dulu waktu kuliah. Bayangkan, ketika mereka sudah jauh tinggi menggapai karirnya, saya masih tetap sama seperti yang dulu ( 6 tahun yang lalu ?).

Saya iri ? tentu! tapi iri dalam hal yang positif tentunya. Saya tidak akan mengungkit kenapa saya harus memilih jadi ibu rumah tangga. Momong anak lebih tepatnya. Tapi, ada hal yang ternyata selama ini tidak saya lakukan dengan maksimal. menulis....ya, menulis itu tadi. Ketika menulis, saya merasa bahagia. Tapi...kenapa saya tidak memperjuangkan kebahagiaan itu? kenapa saya tidak serius menjalani apa yang membuat saya bahagia (menulis)?

Sedetik, kalimat sahabat saya terngiang, " jalani saja apa yang ada di hadapan kita". ya, saya akan jalani. Menjalaninya dengan sangat bahagia. Mulai hari ini mulai detik ini juga. Saya punya hak untuk memperjuangkan kebahagiaan saya sendiri dan keluarga saya.
Jadi, inti dari tulisan ini apa dong?

Intinya adalah.....kalau menulis itu membuat bahagia, kenapa kita tidak berjuang untuk menjalaninya?
Pakaian kotor, rumah berdebu, setrikaan berantakan, waktu yang sempit, seharusnya tidak menghalagiku untuk menulis. karena.....menulis itu membuat bahagia. Jadi saya harus memperjuangkan kebahagian itu semaksimal mungkin, dan sekuat mungkin.
Trus, apa hubungannya sama karir teman ?
Hubungannya adalah.....kalau mereka bisa merintis karir sesuai dengan pilihan yang mereka pilih, kenapa saya tidak? halah...ribet banget ngomongnya...
Pada intinya, saya cuma mau bilang,  menulis....menulislah! selagi menulis itu membuat bahagia. dan saya yakin menulis itu membuat bahagia. Perjuangkan kebahagiaan itu!
 udah, ah.....panjang banget. ini kan cuma mau buat latihan posting doang. hahaha......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut ...

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu...

Menghitung

Beberapa hari ini jadwal magrib di Mexico berubah. Yang tadinya jam tujuh lebih, hampir setengah delapan, sekarang jadi jam tujuh kurang. Perubahan waktu yang lumayan itu adalah sesuatu yang sesuatu banget. Sudah mulai beradaptasi dengan jadwal sebelumnya, eh, jadwalnya berubah lagi. Beberapa hari ini, tiap adzan magrib datang aku masih dalam kondisi di tengah goreng ikan, masak sambel, rebus sayur. Trus sering mengutuk diri sendiri. Seharian udah pontang panting nggak istirahat, giliran magrib datang belum selesai juga. Akhirnya mood-ku jadi buruk, trus senggol bacok. Kesenggol dikit pengen ngebacok orang. Hahaha Beberapa hari ini, aku emang sengaja ngurangin nyimak kajian buat beres-beres rumah. Ku pikir, setelah rumahnnya bersih, besok besok aku jadi lebih ringan buat beresinnya. Ternyata dugaanku salah. Seharian beresin rumah, besoknya tetep aja rumah berantakan. Apalagi cucian piring yang berasa beranak pinak nggak pernah ada habisnya. Magrib -magrib masih masak nggak selesai juga...