Langsung ke konten utama

Trip Sukabumi # Cibangban Dalam Pencarian




Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, tujuan pertama dan utama jalan jalan ini adalah pantai cibangban. Sebuah pantai yang bersuasana tenang dan nyaman di daerah cisolok, kecamatan cisolok, sukabumi.


Tepat pukul 04.30 kami keluar dari pintu gerbang perumahan di sebuah daerah di cikarang barat. Berbeda dengan suasana lebaran yang selalu ramai dan padat, jalanan pagi itu terlihat sepi. Nggak terlihat mobil-mobil ngangkut terpal di atapnya.

Dari rumah, kami langsung menuju pom bensin dulu di cibitung buat makan makan:D Nggak ding…isi bensin. Bensin mobilnya dipenuhin dulu. Menurut informasi yang kami dapatkan dari seorang teman, jalan di sana sepi. Pom bensin juga jarang. Jadi lebih baik bensinnya dipenuhin dulu daripada kehabisan. Nggak seru kan kalau jalan jalan ini kita harus dorong mobil gegara kehabisan bensin. Sabar sih sabar…tapi nggak kebangetan juga kan ya…


Selesai isi bensin, kami nyambangi petugas tol di cibitung bilang kalau kita mau ke bogor ( haiya…rajin amat bilang-bilangnya). Di tol,  kami melaju dengan kecepatan sekitar 60 sampai 80 km. Kalau jalannya 20 km perjam, nanti takutnya malah ditangkep pak polisi:D

Nah, Setelah itu saya tidak tau lagi kemana. *tertidur dalam pelukan

Bangun tidur, saya agak bingung. Pasalnya, mobil yang saya naiki berhenti. Dan di sekitar banyak sekali wanita berbaju putih-putih. Kaget dong?

“ Apakah saya sudah di surga?” Batin saya.

Konon katanya, di surga itu banyak bidadarinya. Lha, tapi kok ini bidadarinya gendut gendut? Ternyata oh ternyata pembaca, saya berhenti di sebuah masjid. Wanita wanita beerbaju putih tadi ternyata kelompok ibu ibu pengajian yang mau pamiligatering. Alhamdulillah…..

Jam menunjukkan pukul 05.00 saat kami berada di depan masjid bertuliskan nama daerah “Lido”. Selesai sholat subuh, saya membeli dua bungkus pom mie yang sudah di seduh dengan air panas. Harganya hanya 12 ribu rupiah. Masih lumayanlah, belum mahal banget.


Lanjut perjalanan……

Menurut cerita dari pangeran abal abal, setelah masjid itu akan ada sebuah pasar yang super macet. Namanya pasar Lido. Jadi harus cepet-cepet jalan lagi biar sampai tujuan masih pagi. Tapi pas kami lewat di sana, ternyata  nggak macet parah parah banget kalau dibandingin sama pantura lebaran tahun lalu:D. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkannya hanya macet parah. Itu saja.


Kalau udah sampai Lido, kita tinggal ikutin papan petunjuk arah ke pelabuhan ratu. Papan petunjuknya banyak dan lumayan gampang. Apalagi kalau gandengan sama Mr. maps nya mbah google makin gampang lagi.

Jadi kira kira rute yang dilalui seperti ini: Rumah – Tol Jagorawi – keluar Ciawi – Jln Raya Sukabumi – Lido – Cicurug – Parung Kuda – Cikidang – Pelabuhan Ratu


Dari pelatuhan Ratu sekitar sejam lagi kalau nggak macet. Dan usahakan jika bawa anak anak, sampai di cikidang harus udah kenyang. Warung makan susah. Kalaupun ada ya, gitu deh…pinggir jalan yang susah parkirnya.   

Sampai di pelabuhan ratu, kami sudah merasa lega liat pantai dari atas jalan raya. Ombaknya luar bisa menggulung gulung. Pas kita lewat di pelabuhan ratu, ada petugas yang jagain jalan sambil maintain uang 20 ribu. Waktu kita tanya pantai cibangban dimana, ternyata pantainya masih sekitar 20 km lagi #Mijitin kepala.
Dari pelabuhan ratu menuju pantai cibangban banyak sekali berderet hotel, villa, restoran see food tersaji. Ada yang kondisinya terawat, asri, ada juga yang seperti sarang penyamun #eh.


Jadi merasa lega lagi, kalau seandainya di pantai cibangban tidak ada villa bisa ke pelabuhan ratu. Perjalanan dari pelabuhan ratu ke pantai cibangban jalannya lumayan. Lumayan mulus tapi agak sempit dan sepi. Itulah kenapa saya agak deg deg an. Sebab, sejauh kita berjalan belum ada tanda tanda ada papan penunjuk yang bertuliskan pantai cibangban. Adanya malah pantai karang hawu yang ramai. Sampai di Karang Hawu GPS agak tersendat sendat karena sinyalnya keasikan liat pantai. Lupa deh sama hp saya…:)


pantai karang hawu dari jalan
 
Malu bertanya sesat di jalan, nggak malu bertanya berarti kamu bukan termasuk orang yang pemalu. Jadilah kita pelukis saja *tsah apaan sih ini…Pangeran abal abal yang seorang pemahat akhirnya turun untuk bertanya ke penduduk setempat. Dan jawabannya membuat hati berwarna warni bak pelangi.

“Masih 2 km lagi pak, ikuti jalan ini saja…” Entah berapa kali bertanya, pokoknya jawabannya selalu sama. Masih 2 km lagi…

Okeh…2 km lagi!
Selang berapa waktu, ada sebuah papan petunjuk bertuliskan ocean queen resort. Otak saya langsung kasih alarm, teringat beberapa  tulisan para traveler yang udah duluan ke Cibangban. Banyak yang mengatakan kalau pantai cibangban itu deket dengan penginapan Ocean Queen itu. Kami langsung masuk ke hotel tersebut. Pintu masuknya luar biasa. Turunannya tajam berkerikil. Kalau dilihat dari luar nggak kelihatan sama sekali bentuk bangunannya.


Pas di pintu gerbang, kami dibukain pintu oleh seorang satpam yang masih belekan. Kriyip kriyip tanda semalam abis begadang. Begadang boleh saja….. asal ada untungnya wkwkwkw…

Masuk ocean queen resort, udah ada beberapa mobil yang parkir di dalam. Tapi suasananya emang sepi banget. Waktu kita tanya ke resepsionisnya, dia bilang kamarnya udah habis. Tinggal bungalow berkamar empat dengan harga 2 juta semalam.

Saya langsung putar badan balik kanan. Ogah!

Kita nginep di mobil aja kalau nggak nemu kamar harga seratus ribu :D

Pas keluar dari ocean queen, saya lihat di belakang resort itu ada sebuah villa. Nggak kelihatan jelas villanya kayak apa. Jalannya aja ngeri. Turunannya tajam setajam silet. Tapi saya punya ide untuk coba coba. Walaupun perasaan nggak nyaman itu ada, liat kondisi halamannya yang suram dan tidak memiliki masa depan.


Villa ratu cahaya namanya. Saat baru turun dari mobil, kami disambut oleh dua anjing hitam yang menyalak nyalak dan seorang lelaki bertubuh gempal dengan parang terselip di pinggang kirinya. Syerem…udah mirip kayak penjaga penjaga villa di film horror deh.

Saya agak ragu. Tapi pangeran abal abal mengelus pundak saya dan meyakinkan semua akan baik baik saja *jiah….

Nggak berapa lama kemudian, seorang wanita tua berbalut tank top dan hot pants sepaha dengan ramah menyambut kami.

“Hallo… pagi…!” sebuah sapaan yang ramah.

Kami mau nggak mau tersenyum ramah juga. Setelah tanya tanya mau sewa kamar, si wanita itu bilang, ada rumah dengan empat kamar. Tapi masih ada penghuninya. Kira kira mereka pergi jam 04.00 sore. Harga yang ditawarkan awalnya 500 ribu, tapi setelah ditawar jadilah deal 400rb saja. Ada dapur, ada peralatan masak, ada air minum, ada ac. Dan yang terpenting ada tempat tidurnya. Rugi kan, bayar 400rb Cuma dapet gelar tikar doang. Awalnya, saya agak gimana gitu... Murah banget?!! Jangan jangan mau dijadiin tumbal nih kita kita. Tapi, lupakanlah pikiran horor daripada nggak dapet tempat tinggal. Pemilik dan penjaga villanya juga kelihatan ramah. Jangan segan segan untuk bertanya ini itu. Tapi, jangan sekali kali bertanya,”ini gratis kan?”


Setelah deal, kita rencananya mau ke kamar sementara yang disediakan ibu villa sebelum penghuninya pulang. Dan tujuan kami selanjutnya adalah ke pantai. Penjaga villa, pak Ari namanya, mengatakan kalau mau ke pantai hanya jalan kaki lewat belakang villa. Atau lewat ocean queen juga bisa karena jarak villa dengan ocean queen memang deket.

Dengan semangat empat lima, kita beresin barang barang yang mau dibawa. Berhubung dari sejak datang saya belum nemu papan bertuliskan pantai cibangban, Iseng iseng saya nanya.

“Jadi bener ya pak, ini pantai cibangban?” Kataku dengan perasaan sumringah.

“Wah, kalau pantai cibangban masih 2 km lagi bu..” Ucap pak Ari.
Tiba tiba tenggorokan saya jadi berasa keselek belalang. Saya dan pangeran abal abal saling pandang.

“Jadi ini bukan pantai cibangban?” Suara saya serak.

“Bukan…cibangban masih 2 km lagi!” Pak ari sekali lagi menegaskan.
Saya nepok jidat. Jadi ini bukan cibangban ?!?!?!? * duduk jongkok sambil menopang dagu *


Sudah bisa nebak kan pembaca? Jadi sebenernya kami ini belum sampai Cibangban, tapi sudah kepedean sewa villa. Hahaha….

Oke baiklah… tidak apa-apa, toh hanya berjarak 2km lagi. Perasaan dari tadi kurang 2 km lagi ya???
Perjalanan ternyata belum usai. Pantai Cibangban masih dalam pencarian.


Komentar

  1. maaf bolehkan meminta kontak villa ratu cahaya? terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu

Puncak Picacho Aguascalientes

Aguascalientes dari atas picacho Hari ini, aku buka-buka lagi foto lama. Trus nemu beberapa foto lama saat kami naik ke puncak Picachu, Aguascalientes. Seingatku, itu perjalanan hiking pertama kali di sini.  Sebelumnya, kami nggak berani. Karena kalau dilihat dari jauh, rasanya jauh banget. Dan tentu saja udaranya begitu panas dan kering. Tapi karena penasaran akhirnya kami mencoba pergi ke sana. Kami pergi ke sana tepat di tanggal 1 Januari 2022. Berangkat dari rumah sekitar pukul 11 siang. Berangkat udah mulai panas banget. Dekat sih, dari rumah. Tapi tetap aja, kalau siang panasnya nyengat banget.  Sampai di sana, suasananya sepi banget. Orang-orang udah pada turun. Banyak juga yang udah mulai nongkrong di warung-warung di bawah. Saat itu, kami deg-degan banget karena baru pertama kali naik gunung. Kanan kiri rumput-rumput kering, yang konon katanya banyak ular deriknya.  Tapi waktu itu kami belum tahu, jadi kami ikut salah satu orang jalan melewati rumput-rumput itu alias jalan pin