Naik Ojek

Hari ini mobil dibawa suami kerja. Hujan rintik-rintik trus jadi makin deras. Padahal aku harus pergi ke suatu acara dan udah mau telat. Berkali-kali pesan Grab mobil ditolak terus. Dapet sekali tapi harus nunggu hampir 30 menit. Akhirnya aku memutuskan untuk naik Grab motor aja yang gampang dan cepet. 

Pas ojolnya datang aku udah mulai deg-degan. Dengan out fit gamis, outer panjang melambai-lambai, jilbab yang ringkih banget terserang angin, sepatu putih yang sering kecipratan lumpur karena kondisi masih sedikit hujan, aku mulai naik di belakang abang ojolnya.

Sambil senyum-senyum melambaikan tangan ke anakku, aku mulai ngebonceng ojolnya. Itupun Grab yang pesenin anakku karena aku males download aplikasinya. Hahaha

Di tengah jalan, kondisi agak sedikit macet. Meski macetnya masih normal karena hari Sabtu dan kondisi masih gerimis.

Di tengah jalan, aku masih senyum-senyum sendiri. Ingat banget, selama menikah aku jarang banget naik motor ngebonceng orang lain. Hampir nggak pernah. Pernah dulu waktu anakku masih kecil beberapa kali ngojek pangkalan. Dan itupun orang yang sudah kenal. Itu juga anakku masih kecil dan masih bisa duduk nyempil di tengah.

Selama ini aku kalau pergi-pergi pasti sama suami. Kadang nyetir mobil sendiri. Jarang banget naik motor jauh karena aku nggak mahir naik motor. Daripada membahayakan orang lain, mending aku aja yang nggak usah pergi-pergi naik motor. 

Dan hari ini adalah pertama kali aku naik ojol. Boncengan sama laki-laki asing, diajakin ngobrol, pake helm dia. Sungguh terasa asing. Hahaha

Dan di tengah jalan, sambil menatap gerimis yang masih turun, aku mengucapkan syukur berkali-kali. Di tengah kondisi yang begitu carut marut seperti sekarang ini, ternyata Allah masih begitu baik menjagaku. Tidak banyak berkegiatan di luar rumah, membuatku tidak berkhalwat dengan laki-laki lain. 

Allah membiarkan aku di rumah, terjaga, tidak banyak keluyuran dan harus bertemu dengan lawan jenis. Hal yang seharusnya aku syukuri tapi seringnya lupa.

Mungkin bisa dibilang ini lebay. Tapi percayalah, bisa menghindari kumpul-kumpul dengan laki-laki lain dan menghindari hal semacam itu adalah sebuah keistimewaan. Di masa yang serba tidak jelas pergaulan saat ini. Aku juga lupa, ternyata suamiku sudah begitu menjagaku dengan baik. Terima kasih suamiku yang sering aku omel-omelin. Hahaha

Dan terima kasih juga untuk abang ojol yang sudah memberikan pelajaran penting hari ini. Mungkin besok saya lebih baik nyetir sendiri aja biar suami yang naik ojol. Wkwkwk

Seorang Ustadz pernah berpesan, saat ini kendaraan untuk keluarga itu masuk ke dalam golongan kebutuhan primer. Karena saat ini mobilitas keluarga tinggi. Urusan di luar rumah banyak, entah itu ikut kajian atau urusan-urusan lainnya. Maka jangan biarkan istrimu, atau anak perempuanmu boncengan dengan laki-laki non muhrim, atau semobil berdua dengan sopirnya. Karena ini membahayakan putri dan istri kita. 

Mungkin mereka tidak kenapa-kenapa, tidak dijahati sopirnya, dll. Tapi pertanggungjawaban para suami dan ayah kelak begitu berat. Jika memang mampunya beli motor, beli saja semampunya. Yang penting mereka terjaga. Biar tidak perlu boncengan dengan orang lain.

Begitulah. Tulisan blog di tahun ini, dimulai dengan rasa syukur yang mendalam, yang bikin ngikik tapi penuh syukur. 

Pulang ke rumah aku cerita ke suami sambil ngikik-ngikik. Alhamdulillah…




Komentar

Postingan Populer