Manusia Toxic


Beberapa hari ini, di media seliweran berita tentang KDRT yang bikin gemes banget. Seorang suami yang mukuli istrinya, bahkan hampir nendang anak bayinya. Ada satu komentar menarik perhatian saya dari netizen yang saya highlight,

“Mbak, kamu kemana aja selama ini? Kok udah 5 tahun diperlakukan seperti masih bisa bertahan?”

Trus netizen lain ada yang nyautin,

“Percayalah, kalau nggak ngerasain sendiri peritiwa itu, orang nggak akan pernah paham bagaimana berada di posisi korban”

Dan yesss…saya setuju dengan komentar yang terakhir. Banyak orang menganggap bahwa keluar dari jeratan orang toxic itu gampang. Padahal kenyataannya nggak demikian. 

Beberapa kali bertemu dengan orang-orang toxic, lebih tepatnya teman-teman yang toxic, saya paham betul bagaimana susahnya lepas dari jeratan mereka. Orang toxic itu biasanya punya siklus, berpola. Hari ini nyakitin, besok akan bersikap sangat baik. Sehingga kita jadi merasa kayak, “Duh, kayaknya aku yang baperan deh…duh, dia tuh sebenarnya baik, cuma aku kurang sabar aja menghadapi dia, duh…kasihan dia itu kurang kasih sayang orang tua dll.” Yang membuat kita si korban ini justru menyalahkan diri sendiri.

Ketika berada di posisi sangat lelah, kadang langsung pengen lari. Tapi lagi-lagi si toxic ini akan berbuat sangat manis sehingga membuat kita luluh. Polanya gitu aja terus. Berulang berulang, yang bikin kita tak kuasa untuk pergi.

Di medsos, saya baca beberapa komenan dari orang-orang yang terjerat sama lingkungan toxic ini. Mereka banyak yang mengatakan, “Takut mau ninggalin, nanti kalau dia menyakiti diri sendiri gimana?”

Nah, ini salah satu jeratan mereka. Kita akan dibuat merasa bersalah, sehingga takut untuk meninggalkan. Dan biasanya mereka membalut dirinya dengan hal-hal baik. Rajin ibadah, misalnya. Sehingga ketika kita mau meninggalkan mereka jadi merasa berdosa.

Itu kalau pas lagi bener, dia akan bersikap sangat manis, baik, serasa orang normal biasanya. Tetapi kalau udah nyakitin nggak kira-kira. Dan itu terjadi berulang-ulang. Kalau pas baik, baik banget. 

Makanya, banyak orang-orang yang masuk dalam jeratan manusia toxic ini susah untuk bisa lepas. Dan percaya atau nggak percaya, perilaku toxic itu juga menular. Sehingga, beberapa psikolog mengatakan kalau orang-orang yang masuk ke dalam jeratan manusia toxic ini kemungkinan besar akan bermasalah juga kondisi mentalnya.

Jujur, dulu waktu masih jadi emak-emak muda, saya merasa hal itu kayak biasa aja. Dan kalau ketemu orang toxic itu saya nggak terlalu ngeh. Tetep temenan, tetep jalan bareng, tetep menjalin komunikasi walaupun kadang terganggu juga dengan tindakan-tindakan rese mereka.

Tapi semakin berumur, berhubungan dengan orang toxic itu capek, menguras energi, hidup nggak bisa tenang karena rusuh terus. Sampai akhirnya saya mulai paham bahwa, dia manusia yang toxic jadi sebisa mungkin tinggalkan biar nggak menular ke diri sendiri.

Jalan yang saya pilih adalah pergi, menghindar dan batasi berhubungan dengan orang-orang seperti itu. Mau pergi pun kadang merasa kasihan, merasa bersalah karena dia baik dan sebagainya. Tapi saya tetep pergi. Kalau bisa buruan lari. Karena kalau nggak buruan lari, nanti lama-lama makin tenggelam sama jeratan mereka. Sulit…banget! Tapi menguatkan diri.

Dan terus memohon petunjuk pada Allah, bahwa ketika pergi bukan karena membenci mereka atau memutus silaturahmi, dsb. Tapi karena memang hidup kita lebih berharga. Ngomong mah gampang, aslinya mah nggak gitu. Wkwkwkwk

Jika kita melihat teman atau orang yang kita kenal berada di dalam jeratan orang toxic, maka jangan katakan, “Sabar ya…ini ujian buat kamu” tapi katakan,”Ayo lari…”. Karena orang-orang toxic itu sebagian besar sulit untuk berubah. Walaupun ada juga yang memang bisa berubah. 

Atau kalau memang kita siap, kuat lahir batin, kita ajak dia untuk periksa ke psikolog untuk menyembuhkannya. Tapi itu juga sulit, ngomong mah gampang.

Biasanya, manusia toxic itu nggak nyadar kalau dirinya toxic. Mereka nggak paham sama dirinya sendiri.

Trus manusia toxic itu kayak apa sih?

Nah, manusia toxic itu biasanya sering banget ngerusuh, suka ikut campur, nggak nyaman kalau berdekatan, ngedrama, playing victim. Kalau kita balas kelakuan mereka, mereka akan merasa menjadi orang paling tersakiti, pasang tampang memelas, dsb. Sehingga timbul kasihan trus memaafkan lagi. Gitu aja terus sampai Lebaran tahun depan depannya lagi lagi lagi 😊

Kadang ada juga orang-orang yang hidupnya suka ngedrama tapi nggak toxic. Orang-orang kayak gini biasanya ngedramanya nggak berpola. Kayak biasa aja gitu. Ngedrama ya udah ngedrama, tapi nggak sampai nyakitin berulang-ulang.

Sedangkan orang toxic, biasanya berpola, terjadi terus menerus yang bikin orang lain capek hati menghadapinya. 

Ya kira-kira begitulah sedikit unek unek tentang manusia toxic. Beberapa kali ketemu sama temen-temen toxic, ada yang bisa berubah, ada yang tetep nggak berubah. Dan yang nggak berubah itu lebih banyak. Jadi jangan buang-buang waktu untuk meladeni mereka. Mending lari dan bahagiakan diri sendiri.

Jika tidak bisa lari menghindar, maka batasi. Batasi berinteraksi dengan mereka. Berinteraksilah untuk hal-hal yang penting saja, selebihnya lebih baik menghindar. 

Mexico, 16 Agustus 2024 


Komentar

Postingan Populer