Langsung ke konten utama

Kena Flu Singapur


Sejak hari sabtu kemarin, shabira susah makan. Padahal biasanya makannya banyak dan nggak pilih-pilih makanan. Dia ngeluh bibirnya sariawan. Pas saya cek, emang ada bintik-bintik merah di dalam mulut dekat bibir depan.

Hari minggu, makannya cuma tiga sendok nasi sama sayur. Itupun makan pagi aja, sampai malam nggak makan nasi sama sekali. Makin sedih tapi nggak terlalu panik. Karena kadang memang seperti itu, nggak mau makan beberapa waktu trus ntar kembali lagi ke rutinitas seperti biasanya.

Tapi...minggu malam ternyata dia demam. Nggak terlalu tinggi, hanya sekitar 37-37,8. Masih santai. Dan itupun panasnya muncul sekitar jam 8 malam, setelah dikasih obat nggak muncul lagi demamnya.

Baru jam 9 pagi mulai demam lagi. Setelah dikasih obat demamnya turun dan nggak muncul lagi sampai malam. Sempat curiga, nggak cuma sariawan biasa pengen dibawa ke dokter. Tapi trus ingat pesan dokter anak langganan kami. Katanya, kalau anak panas itu nggak usah panik, observasi dulu di rumah. Apakah demamnya tinggi, seberapa tinggi, seberapa sering, apakah anak rewel, lemah, lesu, lemas. Kalau anak sudah terlihat lesu dan demamnya tinggi terus menerus lebih dari 38, maka harus segera waspada.

Makanya kemarin juga sedikit lebih santai, karena demamnya nggak sampai 38, walaupun agak rewel. Yang jadi masalah justru dia nggak mau makan dan minum air putih. Bibirnya kelihatan kering dan makin sakitlah sariawannya.

Sampai ada tetangga yang bilang itu flu singapur. Pas saya cek di google ciri-cirinya emang hampir sama dengan flu singapur

- Bibir sariawan seperti ada bintl-bintil putih di mulutnya
- Timbul bintil-bintil kecil di tangan dan kaki. Mirip seperti cacar tapi lebih kecil
- Demam tidak terlalu tinggi, hanya berkisar 37-38
- Anak susah makan dan rewel.

Terkadang disertai hidung meler dan batuk. Tapi untungnya shabira tidak.

Karena dia susah banget minum air putih, akhirnya saya bawa dia ke dokter. Pas dicek ternyata emang benar dia flu singapur.

"Emang pulang dari jalan-jalan ya, bu?" Tanya dokternya.

"Nggak sih, ke singapura gitu maksunya?" Tanyaku dengan muka datar

"Nggak mesti ke singapura, Bu. Maksud saya berkumpul dengan orang ramai gitu?"

"Nggak, di rumah aja"

"mungkin dia ketularan dari orang lain" Kata dokternya kemudian.

"owwwh..."

"Jadi flu singapur itu emang penyakitnya anak-anak, menular ke anak-anak yang daya tahan tubuhnya rentan, jarang menular ke orang dewasa..."

"Penularannya bisa melalui udara, juga bisa karena kena cairan dari bintil-bintilnya yang pecah trus nempel ke tubuh anak yang lain" Begitu penjelasan dokternya.

Konon kata bu dokter lagi, flu singapur ini akan sembuh dengan sendirinya di hari ke 7-10. Dengan catatan, anak harus tetap ada asupan makanan dan cairan yang cukup untuk tubuhnya. Jadi mau nggak mau, gimana caranya dia mau makan dan minum air putih.

Alhamdulillah, meskipun kerjaan rumah nggak sempat kepegang, sebentar-sebentar ku kasih dia bubur dan minum air putih di sendokin dia mau. Bibirnya sampai dower berdarah. Jangankan di foto, di liat aja ngamuk-ngamuk.

Sampai hari selasa demam kadang masih muncul tapi nggak terlalu tinggi. Semoga saja cepet sembuh ya...


Nggak berhasil foto bibir, tangan dan kakinya

Liat mukanya yang ini jadi sedih banget. Shabira biasanya pecicilan dan susah banget diatur-atur. Jadi ingat kejadian seminggu yang lalu.

Hari jumat kemarin, waktu pulang dari jemput kakaknya sekolah dia merengek minta minum air putih. Berhubung saya lagi capek banget, saya teriakin dia. Trus kubilang,

"Udah...kalau nggak mau ambil sendiri nggak usah minum air putih"

 Eh, sekarang malah saya yang nguber-nguber jumpalitan bujukin dia minum. Hehehehe...Kena  karma jadinya:D  

Tips dari bu dokter untuk mencegah penularan penyakit flu singapur adalah


  1. Cuci tangan anak sesering mungkin. Ketika selesai bermain di luar rumah, ketika selesai memegang mainan, ketika mau pegang makanan.
  2. Banyak minum air putih.
  3. Makan buah dan sayur agar daya tahan tubuh anak kuat.
  4. Jika ada temannya yang sakit, sebaiknya tidak main bersama dulu.

Nah, yang terakhir itu sulit sekali. Secara, shabira emang sekarang semangatnya luar biasa sekali kalau main di luar. Tapi... "Mencegah lebih baik daripada mengobati". Jadi meskipun itu susah, anggap aja itu gampang:D

O, iya...tanggal 10 besok, dia dijadwalkan ikut Pin polio. Tapi kata dokternya, dia nggak boleh ikut dulu sampai sakitnya sembuh. Yah...kecewa deh.






Komentar

Posting Komentar

terima kasih sudah komentar di blog ini. komentar insya Allah akan saya balas. Atau kunjungan balik ke blognya masing masing :)

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu