Langsung ke konten utama

Lidah Keseleo


Jadi kemarin itu, ceritanya saya lagi menghubungi teman untuk jadi pengisi acara di kegiatan 17 an. Saat saya tanya kesanggupannya, dia malah bilang, "Jangan saya Bu, akhir-akhir ini lidah saya sering keseleo". Bukannya mikirin gimana caranya nyari pengganti, saya malah kepikiran sama istilah teman saya itu.

Lidah keseleo. Maksudnya apa ya? saya  mikir-mikir sejenak. Sampai kepikiran panjang juga malah. Sebelum nanya kepastian dari arti istilah tersebut ke teman saya, saya coba artikan sendiri. Lidah keseleo menurut pemikiran saya adalah dimana saat-saat tertentu atau dalam situasi dan kondisi tertentu kita banyak ngomong dan omongan itu secara nggak sengaja menyakiti hati orang lain. Atau...membuat orang lain tersinggung. Kenapa saya tulis nggak sengaja? ya kan namanya keseleo, kalau sengaja berarti bukan keseleo tapi mencederakan diri (ya kan??)


Sama seperti yang dialami teman saya , ada saat saat terentu dimana saya juga mengalami fase seperti itu. Banyak ngomong, nyinyir sana sini dan ujung-ujungnya membuat luka hati orang lain. Kita tidak merasa, lha wong namaya juga ngga disengaja. Tau-tau udah ada yang diem tanpa kita ketahui sebabnya atau kadang berita-berita nggak jelas seliweran mampir di telinga.




Suatu contoh misalnya, ketika saya lagi aktif di sebuah kounitas, ada beragam orang yang numplak jadi satu di sana dengan segala macam sifat. Ketika saya ngomong dengan gaya seperti yang ada di blog ini, tidak semua orang bisa menerima. Bagi teman saya yang tau betul gimana "mulut" saya, apa yang saya ucapkan paling cuma dianggap angin lewat belaka. Tapi bagi orang yang nggak tau apalagi nggak mau nyari tau (ehem) ucapan saya kadang dianggap silet, tukang protes, tukang nyinyir, belagu, sok tau de el el de el el.

Yup...saya menyadari itu. Setelah saya berucap, kemudian merenung dan ketauan kalau ada yang tersakiti, maka saya sadar kalau lidah saya sedang "keseleo". Tapi bagi orang yang tersakiti, orang yang sedang keseleo lidahnya itu di sebutnya "nyinyir"

Nah, udah beda kan...istilahnya. Daripada mbulet nggak jelas mending saya saya lanjutkan tulisannya...:p

Kalau kaki keseleo itu bisa diurut, lah kalau lidah yang keseleo gimana? Kalau udah tau saya sering salah ngomong atau lidah saya sering keseleo, biasanya saya melakukan ritual-ritual semacam ini.

- Lebih banyak diam. Bukannya mutung atau ngambek. Tapi dengan lebih banyak diam bisa membuat saya lebih banyak mikir, mengamati, dan mendengarkan.

- Jika memang menarik diri sejenak di perlukan, biasanya saya malas untuk ke luar rumah. Dan saya lebih banyak menghindar bergabung dengan pembicaraan yang serius. Itu hanya sejenak lho ya, nggak langsung kebablasan.

- Saya banyakin waktu untuk baca buku dan bergelut dengan sesuatu yang menyenangkan. Liat foto, ngedit foto, nulis diary yang nggak di publikasikan, baca blog-blog lucu teman, mainan sama anak-anak dsb.

- Sebisa mungkin menghindari media sosial. Kalau udah ada pas masa-masa lidah keseleo itu, biasanya saya jadi lebih banyak bicara. Tapi saya menghindari buka media sosial macam fb dan sekrandahannya. Dan dijaga juga jangan sampai update status.

Nah, itu cara saya menjaga diri dan mulut saya ketika saya mulai banyak ngomong dan ucapan saya sering menyakiti orang lain. Kadang saya juga nemuin orang-orang yang emang entah karena apa, tiba-tiba kalau ngomong itu sering sekali menusuk hati. Tiap diajakin ngobrol bawaannya pengen ngajakin berantem. Apa apa yang saya omongin selalu dikomentari dengan negatif. Kalau udah begini, biasanya saya melakukan ritual seperti ini,

- Senyum. Segetir apapun ucapan yang dikeluarkan dari mulutnya akan saya tanggapi dengan senyum. Jadi biasanya kalau ada orang yang berusaha menantang, ngajakin ribut palingan mung tak esemi trus lanjut kluyur pulang atau mengalihkan ke topik lain. Aman.

- Berbicara seperlunya. Kalau udah tau dia lagi sensi, omongannya sering keseleo trus akhirnya menyakiti hati, saya memilih untuk berbicara seperlunya. Kalau perlu bicara nggak perlu diam. Tetap tebar senyum manis semanis sirup marjan rasa coco pandan dikasih blewah dikasih gula dikit trus dicemplungin es batu ( komplit kan?)

- Lupakan. Kalau dulu, tiap ada yang ngomong nyelekit dipikirin sampai rumah trus nangis melow. Sekarang saya lebih enjoy melupakan saja. Walaupun kadang ucapannya yang getir itu menyakitkan. Tapi jika sudah mengganggu jalan hidup saya, membuat saya jadi malas ngepel, malas nyuci baju, malas ngapa2in, tidurpun tidak pulas, biasanya buru-buru saya lupakan dan alihkan perhatian.

- Ambil positifnya. Kritik itu menyakitkan, katanya begitu. Siapa tau, omongan dia yang nylekit itu sebenernya sebuah kritik yang berguna bagi perbaikan diri kita. Sebagai bahan interospeksi diri gitu lah....jadi tetep, walaupun saya lupakan tetap saya saring mana yang harus dimasukin tong sampah, mana yang harus dikasih kucing, mana yang harus dimasukin kulkas dibekuin ( ini apaan sih?)

Semakin sering kita berinteraksi dengan orang, semakin sering juga ada gesekan. Kadang tanpa sadar menyakiti, kadang malah tersakiti itu wajar. Paling sering kalau ada acara ngumpul bareng membahas sesuatu yang harus di cari kesepakatannya. Kayak musyawarah gitu misalnya....ketika ada orang yang ngotot dengan usulnya dan berbeda pendapat dengan saya, saya biasanya cuma manut. Diaaaam.....segala sesuatu saya pendam di hati, segala argumen saya tumpuk aja di kepala. Nanti, jika saatnya sampai rumah dan ketemu laptop langsung buka blogspot, klik new entry, ngetik apa yang saya simpan tadi, endapkan di draft. Beberapa hari kemudian, edit tulisan di draft, baca-baca, saring lagi sampai batas kepatutan, publikasikan. Saya nggak perlu pusing-pusing lagi buat nyelak antrian ngomong. Saya juga nggak perlu liat manusia berkepala singa. Sama temen aja kayak mau nerkam#eh

Jadi intinya adalah...lidah keseleo itu terjadi tanpa sengaja dan di saat emosi seseorang lagi labil. Kalau ibu-ibu biasanya pas lagi menstruasi, saat duit gajian menipis, saat suami sering pulang malam, atau di saat-saat anaknya lagi pada bikin ulah. Lidah keseleo ini juga sering menjangkiti orang yang nggak mau memposisikan diri di situasi orang lain. Dan terkadang, lidah keseleo ini juga sulit disembuhkan. Karena memang sudah menjadi kebiasaan yang menahun. Kerjaannya nyinyir...aja.

Beruntunglah bagi orang yang mau merenung. Menyadari bahwa lidahnya sering nggak beres dan ucapannya sering menyakiti. Karena dengan begitu, dia tau apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki diri. Jadi nggak kebablasan jadi tukang nyinyir seumur hidup. Tukang nyakitin orang seumur hidupnya? aih... Semoga saja saya bukan termasuk golongan orang yang suka nyinyir seumur hidup Ya Allah....






Gambar diambil dari sini dan sini






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gigi Sudah Dicabut Tapi Masih Sakit

Gak punya foto dokter giginya. Adanya foto botol isi air garam buat kumur-kumur saat tindakan Selama pandemi ini, saya sering banget sakit gigi. Bentar-bentar sakit gigi, bentar-bentar ke dokter gigi. Padahal, ke dokter gigi dalam situasi seperti ini horor banget. apalagi kalau tempat dokter gigi langganan kena zona merah. Mau ke rumah sakit juga tambah takut. Masalah gigi ini sebenernya sudah lama banget. Tapi baru sekarang-sekarang ini aja bener parahnya. Disebabkan gigi geraham belakang bolong, trus lubangnya semakin lebar nggak karuan.  Sering sekali saya minta cabut aja sama dokter gigi. Tapi dokter gigi yang saya datangi seringnya menolak. Alasannya, tensi saya 130/90. Jadi kalau mau cabut gigi harus ke rumah sakit dulu, ke dokter penyakit dalam untuk cek segala sesuatunya sekaligus menurunkan tensi. Ujung-ujungnya ya ke rumah sakit dulu. Berhubung saya masih belum berani ke rumah sakit. Apalagi harus periksa gigi, harus cek ini itu, akhirnya acara cabut gigi batal terus. Daaaan.

Trip Sukabumi #Museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Kemarin, saat kami berkunjung ke Sukabumi mengikuti kaki melnagkah dan nggak tau mau melangkah ke mana lagi, akhirnya ada informasi katanya di Parung kuda ada sebuah museum. Museumnya bernama museum Palagan Perjuangan Bojongkokosan. Dari luar, kami sama sekali nggak mengira kalau di dalam sebuah area yang ada patung gedenya itu ada museum tersembunyi. Saat kami mau masuk pun, bingung mau masuk lewat mana. Ada beberapa anak berseragam sekolah yang mlipir mlipir di dekat pagar. Ketika kami dekati, ternyata itu bukan  jalan masuk utama. Hanya jalan kecil buat lewat satu oarang yang suempit banget. Setelah muterin wilayah berpagar itu, kami akhirnya bertemu dengan seorang bapak dan ditunjukinlah ke mana kami harus masuk. Mendekati pintu gerbang utama, banyak anak sekolah yang lagi nongkrong. Eh, ngomong-ngomong pintu gerbang...pintu gerbang masuknya ternyata udah nggak layak banget. Seperti mau roboh dan susah dibuka #ngenes Saat kami masuk nggak ada satupun yang menyambut #eaa

Jalan-Jalan Nikmat di Kampung Turis

Waktu pertama kali dengar nama kampung turis, bayangan yang terlintas di benak adalah sebuah kampung yang banyak turisnya. Atau...sebuah tempat yang isinya menjual aneka jajanan berbau asing. Kayak di kampung cina, yang isinya macam-macam barang yang berbau kecinaan. Tapi ternyata saya salah. Kampung turis ternyata sebuah resto(tempat makan), tempat ngumpul bareng, tempat renang, tempat main anak, sekaligus tempat nginep. Bahasa gaulnya, Resort and Waterpark. Kampung Turis berlokasi di Kp. Parakan, desa Mekar Buana, kecamatan Tegal Waru-Loji, kab Karawang, Jawa barat. Jadi ceritanya, minggu pagi itu rencananya kami sekeluarga mau ke curug Cigentis. Di daerah Loji juga. Tapi berhubung pagi itu, saat mau berangkat mobil ngambek jadilah kami nunggu mobil pulang dari bengkel. Pulang dari bengkel sudah jam 11 siang. Kalau nggak jadi berangkat rasanya galau banget, kalau berangkat sepertinya tidak memungkinkan karena perjalanan dari rumah ke Loji saja sudah 2 jam. Kalau mau nekat ke curu